Taufik Wijaya
BUNG Karno dalam sebuah pidatonya di awal tahun 1960-an, mengatakan setiap manusia, setiap pemimpin di dunia ini, termasuk dirinya, pasti pernah melakukan kesalahan. “Karena manusia biasa,” katanya. Bukan seorang nabi, bukan seorang rasul. Tetapi, Rasul Muhammad SAW, termasuk para nabi sebelumnya, tidak pernah mengaku menjadi manusia sempurna. Mereka merasa dan mengaku sebagai manusia biasa, yang penuh dosa, sehingga mereka pun mohon ampun kepada Tuhan.
Calon Presiden Prabowo dan Jokowi manusia biasa juga. Mereka bukan nabi apalagi rasul. Keduanya jelas pernah melakukan kesalahan. Tetapi, karena manusia itu mahkluk hidup dan bergerak, maka Tuhan menginginkan manusia lebih banyak melakukan kebaikan. Menyempurnakan dirinya, yakni mengurangi berbagai kesalahan, dengan cara bermohon ampun dan berniat melakukan yang terbaik bagi umat manusia, hingga ajal menjemputnya.
Saya percaya Prabowo dan Jokowi memiliki niat baik bagi bangsa Indonesia. Makanya mereka mencalonkan diri sebagai Presiden Indonesia 2014-2019. Jika memiliki niat buruk atau jahat, saya percaya Tuhan akan menghukumnya. Jika Tuhan tidak mau niat buruknya berjalan di Indonesia, maka Tuhan pun mencabut nyawanya sebelum menjadi presiden.
Saya percaya Prabowo dan Jokowi saat ini penuh kecemasan. Mereka pun siang dan malam berdoa kepada Tuhan, agar niatan mereka menjadiPresiden Indonesia diberkahi Tuhan, dan meraih kemenangan dengan damai.Tetapi, yang menjadi persoalan justru para pendukung Prabowo dan
Jokowi. Saya merasakan setiap pendukung Prabowo maupun Jokowi, tidak mau setiap calonnya terlihat buruk atau memiliki kesalahan. Terkadang saya mendapat kesan para pendukungnya menciptakan Prabowo maupun Jokowi seperti nabi.
Pada saat bersamaan, para pendukung ini menyatakan lawan Jokowi maupun Prabowo seperti manusia paling buruk, sama dengan jin atau iblis. Sungguh mengerikan! Dilebihkan seperti nabi, dihinakan seperti iblis. Sudah melampaui hak Tuhan.Sementara para jurnalis atau media massa, seperti halnya saya, sadar atau tidak sadar menciptakan ruang bagi pemaknaan tersebut. Dan merasa mendapatkan keuntungan dan kebahagiaan besar saat Prabowo maupun Jokowi dijadikan nabi atau digambarkan sebagai iblis.
Sekali lagi, saya hanya mengingatkan Prabowo maupun Jokowi merupakan manusia biasa. Banyak manusia Indonesia seperti Prabowo dan Jokowi. Tapi tidak banyak manusia Indonesia seperti Prabowo dan Jokowi, yang ingin atau diinginkan menjadi Presiden Indonesia. Banyak faktornya, terutama kekuatan modal dan dukungan media massa. Sebab politik hari ini sangat ditentukan oleh biaya dan pencitraan. O, ya. Pendamping Prabowo dan Jokowi, yakni Hatta Rajasa dan Jusuf
Kalla juga manusia. Mereka jelas pernah melakukan kesalahan.
Feodal
Dalam banyak legenda maupun kisah mengenai pemimpin atau raja di Nusantara yang pernah hidup di masa lalu, selalu digambarkan manusia seperti dewa. Ada yang menggambarkannya ganteng, memiliki banyak kesaktian, alim, dan melebihi manusia umumnya. Tidak ada cela.
Para pendukungnya atau yang mengaguminya, akan menutupi segala hal yang dinilai buruk. Mereka akan marah jika tokoh yang mereka kagumi ini dinilai buruk. Tidak heran, kekagumi ini melebihi sikap mereka terhadap para nabi. Misalnya mengsakralkan benda-benda atau perilaku
tokoh ini.
Menurut saya, sikap yang berlebihan terhadap Prabowo dan Jokowi menandakan masyarakat kita masih masuk dalam masyarakat feodal. Jika sikap ini terus dibiarkan, selain sanksi dosa dari Tuhan—ini khusus yang mengakui adanya Tuhan—karena menjadi sirik, juga memperpanjang
konflik budaya yang saat ini “teredam” di Indonesia. Sebab berbagai konflik mengenai sosok pemimpin di masa lalu, baik mengenai raja, sultan, atau pemuka adat dan agama, konfliknya terus
terasa sampai saat ini. Dan bukan tidak mungkin Prabowo maupun Jokowi dijadikan “alat” pelampisan konflik yang berjalan selama berabad-abad di Nusantara mengenai sosok pemimpin.
Sekali lagi, agar kita tidak menjadi sirik, bodoh, dan sombong, meskipun sudah banyak sekolah dan belajar agama, marilah kita menerima fakta ini: Prabowo manusia, Jokowi pun manusia.
Seperti lagu I’m A Man milik Chicago, saya juga seorang manusia yang tidak dapat membantu, kecuali sebuah cinta:
I stand outside creatin'
All the groovy kinds of love
I'm a man, yes I am and I can't help but love you so
I'm a man, yes I am and I can't help but love you so
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Kopi Pagi
Social Icons
Popular Posts
- Dayang Rindu, Cerita Rakyat yang Terlupakan
- "Showroom Sapi" di Lampung Tengah: Kemitraan Wujudkan Mimpi Parjono
- Van der Tuuk, Pahlawan Bahasa (Lampung) yang Dilupakan
- Buku 33 Tokoh Sastra Indonesia Paling Berpengaruh, Jamal D. Rahman: "Reaksinya Terlalu Berlebihan.."
- Gua Maria Padang Bulan, "Lourdes Van Lampung"
- Panjang, Dermaga Penyeberangan Pertama di Lampung
- Menjadi Pelatih Pelawak
- Pagar Dewa dan Cerita-Cerita Lain
- Sejarah Transmigrasi di Lampung: Mereka Datang dari Bagelen
- Saya Sudah Kembalikan Honor Puisi Esai dengan Permintaan Maaf
No comments: