Juperta Panji Utama/Lampung Peduli
Tiga belas tahun LAMPUNG PEDULI hadir membersamai derap masyarakat Lampung. Selama itu pula, LAMPUNG PEDULI konsisten menjalankan program-program yang membawa kebermanfaatan bagi masyarakat. Salah satunya adalah penerbitan "Sajada" sebagai media untuk mengokohkan kesadaran dan nurani beragama (Islam).
Sajada cetak 5000 eksemplar full colour saban minggunya. Sekalipun jumlahnya terbatas, Sajada menyapa rutin pembacanya di masjid-masjid sekitar Bandarlampung. Tak jarang menyambangi masjid-masjid di Metro, Pesawaran, Lampung Timur atau Lampung Selatan.
Selama ini, Sajada hadir dengan dukungan dermawan yang ingin ikut andil berdakwah dengan pena lantaran "tak" punya waktu dan ilmu. Salah satu dermawan LAMPUNG PEDULI itu adalah keluarga Pak Tito.
Pak Tito mengenal pertama Sajada saat salat Jumat di Masjid Terminal Rajabasa Bandarlampung. Membaca lembar yang informatif dengan wawasan keislaman, Pak Tito tergerak berinfak untuk membiayai Sajada.
“Infak melalui Sajada berarti saya berkesempatan untuk berdakwah secara langsung kepada masyarakat,” ujar Pak Tito saat ditanya ketertarikannya berinfak untuk kemandirian Sajada.
Lebih jauh, Pak Tito menceritakan masa lalunya yang jauh dari masjid. Baru mendekati paruh baya saja ayah satu anak ini mengaku sudah hampir berkeliling Indonesia dari Aceh hingga Papua demi hidup dan kehidupan! Namun kini, bersama sang Istri, Pak Tito menjaga musala yang menjadi salah satu fasilitas terminal Induk Rajabasa Bandarlampung.
“Setiap hari musala ini kami bersihkan dan jaga,” lanjut Pak Tito. “Istri saya menyediakan sajadah dan mukenanya,” lanjutnya dengan bangga.
Selain itu, Pak Tito dan Istri membangun hubungan baik kepada pemakai terminal dengan menjaga dan membersihkan toilet umum terminal. Amanah yang bagi sebagian orang dipandang rendah itu, tidak membuat Pak Tito dan istrinya kelu.
Kebersahajaan hidup membuat Pak Tito dan keluarganya memiliki keyakinan bahwa di setiap rezeki yang diberikan kepada mereka, ada hak orang lain yang harus ditunaikan. Mereka yakin, infak harta menjadi pilihan turut bertanggung jawab terhadap situasi dan kondisi masyarakat.
Umaruddinul Islam, manager LAZ LAMPUNG PEDULI, mengapresiasi langkah Pak Tito dan keluarga yang peduli dengan masyarakat dengan ikut berdakwah melalui Sajada.
“Apalah arti Rp15.000/minggu kalau kita bawa ke mal? Namun, dengan dana sebesar itu ada peluang pahala dengan turut berdakwah kepada 50 orang melalui Sajada,” pungkas Umar.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Kopi Pagi
Social Icons
Popular Posts
- Dayang Rindu, Cerita Rakyat yang Terlupakan
- "Showroom Sapi" di Lampung Tengah: Kemitraan Wujudkan Mimpi Parjono
- Van der Tuuk, Pahlawan Bahasa (Lampung) yang Dilupakan
- Buku 33 Tokoh Sastra Indonesia Paling Berpengaruh, Jamal D. Rahman: "Reaksinya Terlalu Berlebihan.."
- Gua Maria Padang Bulan, "Lourdes Van Lampung"
- Panjang, Dermaga Penyeberangan Pertama di Lampung
- Menjadi Pelatih Pelawak
- Pagar Dewa dan Cerita-Cerita Lain
- Sejarah Transmigrasi di Lampung: Mereka Datang dari Bagelen
- Saya Sudah Kembalikan Honor Puisi Esai dengan Permintaan Maaf
No comments: