Oyos Saroso H.N./Teraslampug.com


BANDARLAMPUNG--Selain buku 33 Tokoh Sastra Indonesia Paling Berpengaruh, ternyata ada masalah lain yang tak kalah serius, yaitu lahirnya sejumlah buku antologi puisi esai karya 23 sastrawan Indonesia (silakan baca ulasan lengkap penyair Chavchay Syaifullah). Ke-23 sastrawan itu diminta Denny JA menulis puisi esai, yaitu jenis puisi panjang yang ada catatan kakinya. Itulah genre sastra yang diklaim Denny JA sebagai genre baru di Indonesia.

Belakangan baru terbongkar 'rahasia' di balik penerbitan beberapa antologi puisi esai itu. Beberapa sastrawan yang namanya masuk dalam antologi (karena diminta, dengan honor besar pula), belakangan menarik diri. Ada karena yang tegas-tegas merasa dikelabui seperti Ahmadun  Yosi Herfanda (sbaca juga dan , silakan cek http://www.teraslampung.com/2014/02/saya-sudah-kembalikan-honor-puisi-esai.html). Penyair Sihar Ramses Simatupang memilih mencabut karyanya yang sudah dibukukan dan siap mengembalikan honor yang sudah diterimanya (http://www.teraslampung.com/2014/02/heboh-tokoh-sastra-saya-mencabut-puisi.html). Tak kurang banyaknya sastrawan yang karyanya masuk dalam antologi puisi esai itu yang diam. Mungkin malas menanggapi atau masygul tetapi ada perasaan tidak enak untuk memberikan tanggapan.

Yang pasti, 23 sastrawan itu adalah kebanggaan Denny JA. Mereka mau menulis puisi esai. Dus, itu berarti, sehebat apa pun mereka, tetap dianggap berada di belakang Denny alias epigon. Mungkin istilah epigon terlampau kasar. Barangkali agak lebih pas kalau mereka disebut mendukung Denny JA untuk menyokong Denny JA sebagai pioner puisi esai di Indonesia. Dan itu maknanya: kelak--disengaja atau tidak--mereka dianggap mendukung Denny JA sebagai tokoh sastra paling berpengaruh di Indonesia, selain 32 nama tokoh lainnya.


Berikut tulisan Denny JA yang bersumber dari inspirasi.com:



Biarlah Seribu Puisi Berkembang


Denny JA


Biarlah seribu bunga berkembang. Genre puisi esai menjadi salah satu bunga di taman puisi Indonesia. Yang bukan penyair boleh ambil bagian. Yang sudah menjadi penyair silahkan pula memetik bunganya.

 Segera terbit, 5 buku baru puisi esai yang ditulis oleh 23 penyair ternama. Total buku puisi esai yang sudah terbit dengan 5 buku baru itu sebanyak 15 buku puisi esai. Tahun ini juga sekitar bulan Febuari 2014 akan terbit lagi 5 buku puisi esai pemenang lomba tahun 2013. Sebelum tengah tahun 2014, akan terbit sekitar 20 buku puisi esai, yang ditulis oleh sekitar 80 penyair dari Aceh sampai Papua.

 Saya ucapkan terima kasih kepada semua kritik atas terpilihnya saya sebagai salah satu dari 33 Tokoh Sastra Paling Berpengaruh. Dokumen pemilihan itu direkam di sebuah buku yang diterbitkan Gramedia untuk PDS HB Jassin. Team juri yang memilih berjumlah delapan orang yang kompenten di dunia sastra, baik sebagai kritikus, praktisi ataupun pengajar sastra. Dua di antara mereka mengajar sastra di Jerman dan di Korea Selatan.


Sungguh belum pantas saya masuk dalam jajaran 33 sosok itu. Namun saya menghargai kerja Team 8 dan PDS HB Jassin yang memilihnya. Mereka sudah pula menyiapkan buku setebal 777 halaman sebagai pertanggung jawaban akademik atas pilihannya itu. Pro dan kontra hal yang biasa. Juri dimanapun tak akan bisa memuaskan semua pihak.


Lagi pula saya tidak bercita-cita menjadi tokoh sastra. Saya hanya hendak memperjuangkan isu sosial melalui puisi esai. Alhamdulilah jika puisi esai ini dianggap sebagai genre baru. Jika tidak dianggappun, tak apa juga. Kepedulian saya memang bukan pada wacana sastra tapi nasib manusia yang hendak diperjuangkan dalam sastra itu.

Inilah list penyair dan judul puisinya. Mereka  mencoba merekam batin Indonesia, dan menangkap isu sosial dengan gaya puisi esai.

  
1. Sujiwo Tejo:                       HONG
2. Ahmadun Yosi Herfanda:   GRAFITI  SULASTRI
3. Fatin Hamamah :                Jelaga Kembang Raya
4. Agus Noor:             
        MOMENTO MEMORI
        SEORANG ALGOJO
5. Akidah Gauzillah :              Orang-orang Gila Berpuisi
6. Anis Sholeh Ba'asyin:         SERAT KLARA ATI
7. Anwar Putra Bayu:      DI BALIK CERITA SUNGAI MUSI
                                            (Mengenang hari pembantaian kaum komunis di Palembang)
8. Bambang Widiatmoko:      JALI JALUT: JULA JULI BINTANG TUJUH
9. Handry TM:                       Mestikah Kuterima Salam Itu?
10. Isbedy Stiawan ZS:    Kisah dari Moro-Moro, Negeri Asing itu
11. Mustafa Ismail:                LANGIT SAMPANG MERAH  SAGA
12. Nia Samsihono:                PEREMPUAN DAN PEREMPUAN
13. Salman Yoga S:                Panglima Muda Dan Kopi Ganja
14. Sihar Ramses Simatupang:   KISAH POHON ASAM DI TANAH JAKARTA  
15. Anisa Afsal:                         Sajak Penunggang Harimau
16. Chavchay Sayfullah :            RINTIH PERIH GLOBALISASI
17. D.Kemalawati :            DI BABAH PINTO, SYAIR PEREMPUAN SUNYI
18. Dianing Widya:                Kisah Luka Mutiara
19. Kurnia Effendi:                JOKOWI
20. Mezra E. Pellondou:       Teringat Mahkamah Konstitusi
21. Rama Prabu:                   Testamen di Bait Sejarah
22. Remmy Novaris:               Mencari Ida yang Hilang
23. Zawawi Imron:                   Kanvas Merah Putih

«
Next
Newer Post
»
Previous
Older Post

No comments:

Leave a Reply