Rini K/Lampung Peduli
Di rumah seorang penduduk Dusun III, Desa Siraman, Pekalongan, Lampung Timur, keriuhan lahir jauh sebelum azan Subuh berkumandang. Beranda pun ber-denyut meningkahi dapur yang mengepul.
Sebagian jamaah salat Subuh yang belum lama lerai dari masjid sebelah rumah, bercengkrama ditemani seteko wedang jahe, seceret teh panas, undukan jagung rebus, singkong goreng dan sukun goreng. Pembahasan rencana tanam padi, biasa petani sebut tandur (tanam mundur), bertahta.
Pembicaranya bukan petani, melainkan maha-siswa yang kebanyakan berasal dari perguruan tinggi Islam binaan LAMPUNG PEDULI (LP).
Mereka sengaja didatangkan ke desa di pinggir jalan menuju ibu kota Lampung Timur dari arah Kota Metro itu untuk melihat, mempraktikkan penanaman padi seka-ligus berhubungan langsung dengan masyarakat desa yang juga masuk dalam Program Ekonomi Produktif yang dibina LP.
Ketika kudapan hangat berpindah alamat ke perut yang dingin secara tuntas, rombongan mahasiswa pun bergerak menuju sawah percontohan LP. Celoteh sepanjang perjalanan meyakinkan bahwa antusiasme mereka tinggi terhadap acara yang hingga akan naik tidur semalam baru diberi tahu lengkapnya.
Tepat pukul enam, mereka tiba di sawah. Seorang petani sudah menanti di lokasi. Beberapa petani lainnya sudah masuk sawah dan membuat garis-garis jalur menanam padi. Sang petani pun hari itu didaulat menjadi instruktur tandur, mengajari mahasiswa yang belum pernah membenamkan kakinya ke lumpur sawah, meski mayoritas mereka anak petani!
Pak tani menjelaskan proses penanaman padi. “Padi termasuk tanaman yang mudan ditanam. Asalkan akarnya terkena lumpur, insyaAllah akan hidup,” ujarnya. “Ingat, jangan terlalu dalam membenamkan akarnya, kira-kira cukup satu ruas jempol saja,” lanjutnya.
Instruksi jelas. Lahan pun siap. Para mahasiswa menjadi petani sehari. Semua ikut berpartisipasi menanam padi. Tak ragu berkubang dalam pekat lumpur. Berlomba-lomba menanam mundur mencapai tepi pematang.
Ketika matahari memperjelas garis penanaman, sawah seluas 375m2 telah mahasiswa tanami padi. Gelak tawa dan canda petani-petani dadakan ini terus ber-derai. Apalagi saat sarapan diantar. Betapa nikmat sarapan usai bertanam padi.
“Kegiatan hari ini merupakan salah satu pembinaan mahasiswa penerima manfaat Program Beastudi LAMPUNG PEDULI (BaLaP 2013-1014). Belajar dari petani, mereka akan menyadari bahwa orangtua mereka di kampung harus bekerja keras untuk terus menyekolahkan mereka hingga ke perguruan tinggi. Kemiskinan tidak boleh berulang,” ungkap Umaruddinul, Manajer LAZ LAMPUNG PEDULI yang ikut mendampingi mereka.
Dengan demikian, imbuhnya, mahasiswa akan lebih menghargai diri sendiri dan mampu menempatkan diri di masyarakat.
Selain itu, Umar menjelaskan Program Ekonomi Produktif di desa itu bernama Pertanian Unggul (Tanggul). “Jadi, mahasiswa juga mengetahui program-program LP di masyarakat.
Hari itu, Kamis (22/1/2014), mahasiswa tidak saja belajar kepada petani mereka juga diingatkan untuk belajar kepada imbauan bijak: Belajarlah dari padi, makin berisi makin merunduk.
Adapun petani senang desa mereka didatangi mahasiswa, calon pemimpin masa depan. “Kalau mereka jadi pemimpin, kita turut bangga karena kita pernah bersama mereka belajar di desa,” ungkap seorang petani yang enggan namanya dikabarkan.
No comments: