» » » » » Goenawan Mohammad: “Saya Tak Layak Masuk Daftar 33 Tokoh Sastra Paling Berpengaruh”


Goenawan Mohammad (dok ubudwriterfesival)
JAKARTA--Beberapa hari terakhir ini ada perbincangan mengenai buku 33 Tokoh Sastra Indonesia Paling Berpengaruh yang disusun oleh Tim 8 dengan Ketua Tim Juri adalah Jamal D. Rahman. Buku itu rupanya jadi bahan perbincangan karena — seperti halnya buku sejenis itu– ada banyak kritik dan catatan mengenai pilihan nama-nama yang masuk.

Ini adalah wawancara parvati.com dengan Goenawan Mohamad, salah satu nama yang masuk ke dalam 33 nama itu. Berikut wawancaranya:

Parvati.com: Anda termasuk di dalam daftar 33 sastrawan Indonesia paling berpengaruh. Selamat, ya. Kapan Anda mengetahui hal itu?

GM: Saya lihat ada buku yang baru terbit yang memuat itu. Pekan lalu Penulis ZenHae menunjukkannya kepada saya di Salihara.

Parvati.com: Bagaimana pendapat Mas Goen?

GM: Saya belum baca lengkap. Cuma baca tentang diri saya. Narsis, ya?

Parvati.com: Anda senang?

GM: Dengan segala hormat kepada penyusun buku itu, saya anggap saya tak layak masuk ke dalam daftar 33 orang itu.

Parvati.com: Mas Goen sok rendah-hati nih…

GM: Serius. Mungkin waktu jadi wartawan, dengan kerja jurnalistik saya, dengan majalah Tempo, saya punya pengaruh. Tetapi selain saya tak aktif lagi di jurnalisme, karya puisi saya rasanya tidak ada pengaruhnya. Berbeda dengan puisi Chairil, Sitor, Rendra, Sutardji. Setidaknya saya tidak melihat ada semacam “aliran” baru dalam sastra Indonesia karena puisi saya.

Parvati.com: Kalau Danny J.A.? Nama itu disebut, padahal dia tidak dikenal sebagai sastrawan. Ia baru setahun coba-coba menulis yang disebut puisi esei, dan tidak jelas apa pengaruhnya.

GM: Hmm. No comment.

Parvati.com: Danny J.A. masuk, sementara itu Asrul Sani, Sitor Situmorang, Umar Kayam, Mangunwijata tidak. Aneh, kan? Wiji Thukul dianggap kurang memenuhi syarat, tapi Wowok penulis dari Boemipoetra yang karyanya tidak dikenal itu juga masuk ke dalam yang 33 itu.

GM: Njoto, HR Bandaharo, Agam Wispi, Amarzan Lubis masuk nggak dalam yang 33 itu?

Parvati.com: Nggak saya lihat. Satu-satunya orang Lekra yang disebut ya Pramoedya Ananta Toer.

GM: Sayang sekali. Tapi saya lebih baik tidak mempersoalkan selera orang. Lagipula cita-cita saya bukan untuk jadi sastrawan berpengaruh. Cita-cita saya jadi juara maraton .

Parvati.com: Mas Goen serius?

GM: Ya, anggap saja serius, meskipun itu cita-cita yang pasti gagal.

Parvati.com: Mengapa maraton, Mas?

GM: Lari maraton itu membutuhkan persiapan yang tidak main-main. Latihan lari sampai lebih 100 km tiap pekan. Siap sakit kaki. Disiplin. Fokus. Terus menerus. Dan ada ukuran yang jelas untuk menentukan mana yang unggul dan mana mana yang tidak.

Dalam sastra Indonesia, lebih gampang. Sekarang ini orang bisa jadi sastrawan karena didukung teman-teman sendiri, atau karena gencar berpromosi — atau ikut pertemuan sastrawan, atau berpolemik. Polemik itu termasuk teknik pemasaran juga..

Sumber: parvati.com

«
Next
Newer Post
»
Previous
Older Post

No comments:

Leave a Reply