» » Surat untuk Menteri Kehutanan Zulkifli Hasan

Budi P. Hatees

Kita acap mengobrol sejak 2004. Kadang berdua, kadang bertiga, dan kadang dalam forum diskusi baik resmi maupun tidak. Kita mengobrol di rumahmu, di Kebun Nanas, Tanah Abang. Terkadang di Kota Bandarlampung, sering juga di Kota Kalianda, Lampung Selatan--kampungmu.

Waktu itu, dirimu hanya seorang pengusaha yang berencana terjun ke politik (PAN). Saya sendiri hanya seorang jurnalis, kebetulan. Kita bicara tentang banyak hal, dan pembicaraan itu mengalir. Asyik betul berbincang dengan dirimu, karena intelektualitasmu, juga pengalamanmu dalam berbisnis. "Aku mengimpor kayu gabus untuk tutup panci berkontainer," katamu, untuk menunjukkan bahwa bangsa kita ini tidak bisa memproduksi gabus untuk tutup panci.

Aku ingat, kau senyum duka. Aku pun menggeleng. Kau pun berbicara, bahwa rakyat di negeri kita tidak punya cukup kemampuan dalam bidang apapun, dan tidak sadar bahwa mereka tidak punya  kemampuan. Kenapa? Karena semua orang, di-remotte controll..

Saya salut padamu. Ada banyak hal menarik yang kau sampaikan. Tapi, setelah sekian tahun tak bertemu, terutama sejak dirimu jadi Menteri Kehutanan RI, saya melihat ada yang berbeda pada cara berpikirmu. Sebagai Menteri, kau punya remote controll  di tanganmu. Dulu, saat kau jadi pengusaha, tak ada remote controll di tanganmu. Sekarang, ada raymnoud control itu.

Dengan remote controll, kau mengontrol situasi hutan di daerahku, di Kabupaten Tapanuli Selatan, Sumatra Utara. Remote controll control itu SK Menhut No. 44 tahun 2005 tentang penghunjukan kawasan hutan di provinsi Sumatera Utara. Kau tahu arti SK Menhut itu? Kau menyebabkan kampungku di kaki Gunung Sibualbuali, di Kecamatan Sipirok, yang sudah ada jauh sebelum kau lahir di dunia ini dan bahkan sebelum Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) ini dipikirkan-- ternyata ada di dalam kawasan hutan negara.
Kau tahu, masjid di kampung saya, yang berdiri tahun 1920-an, harus digusur berdasarkan SK Menhut karena lahannya masuk kawasan hutan negara. Lalu, sawah dan kebun milik saudara saya--aset mereka sebagai warga bangsa-- harus hilang. Kau tahu, sejak SK Menhut itu, mereka tidak bisa membuat AKTA TANAH dan karena itu tidak punya akses ke sektor perbankan. SK Menhut itu, memiskinkan orang-orang di kampung saya. Termasuk saya. Saya kehilangan aset sekian banyak tanah dan rumah. Kau memang terlalu kawan Zulkifli Hasan.

Betapa anehnya pula, orang-orang di kampungku, lantaran SK Menhut itu, mendadak jadi manusia pelanggar peraturan perundang-undangan.

Saya tak mengerti, logika berpikir seperti apa yang kau pakai ketika membuat SK Menhut itu?

Lantaran itulah, sejumlah kalangan di Sumatra Utara, yang merasa betapa buruknya cara berpikir Menteri Kehutanan Zulkifli Hasan, menggugat SK Menhut No.44 Tahun 2005 itu ke Mahkamah Konstitusi. Untungnya, di Mahkamah Konstitusi (MK) tidak ada lagi si Akil--tersangka koruptor itu--dan gugatan atas SK Menhut dipenuhi MK dengan putusan Nomor 45 /PUU-IX/2011 tertanggal 21 Pebruari 2012 tentang Penghunjukan Kawasan Hutan Tidak Mempunyai Kekuatan Hukum Tetap alias membatalkan SK Menhut No. 44 tahun 2005 tentang penghunjukan kawasan hutan di provinsi Sumatera Utara.

Tapi, anak buahmu di Dinas Kehutanan Sumatra Utara, menyatakan SK Menhut yang dinyatakan batal dengan sendirinya berdasarkan keputusan MK, ternyata masih berlaku.  JB Siringo-ringo bicara lewat koran SIB: SK masih berlaku, Menhut sudah buat surat edaran.

Saya tak mengerti logika berpikir dirimu sebagai Menhut? Saya ingat dulu kita sering bercakap-cakap tentang cara berppihak kepada kepentingan rakyat. kau sangat menggebu-gebu jika bicara tentang rakyat. Tidak tersenyum, bahkan, terkesan sangat sinis kepada segala hal yang menyakiti hati rakyat.

Sebab itu, kawan Zulkifli Hasan, saya menagih janjimu sebagai kawan. Selamatkan orang-orang di kampung saya, di Sumatra Utara, dari kekejaman remote controll-mu.

Kita bersaudara. Menjadi Menteri bukan jabatan seumur hidup. Menjadi manusia, itu jabatan yang penuh tanggung jawab. Menjadi manusia jauh lebih penting daripada menjadi MENTERI.

Sekali lagi, tolong, buanglah remote controll-mu.


Salam dariku,


Budi Hatees

«
Next
Newer Post
»
Previous
Older Post

No comments:

Leave a Reply