Nasib orang memang tidak ada yang menebak. Banyak cerita kisah orang-orang yang dulu berjaya, sekarang terpuruk. Ada yang bisa sekedar survive, ada yang bisa bangkit lagi dan sukses.
Satu teman, dulu sangat borju, sekarang menjadi sopir angkutan umum. Ada kawan yang dulu melarat, sekarang bisnisnya Rp 40 jt per hari keuntungannya. Ada yang standar, biasa-biasa saja. Ini lebih banyak.
Saya tidak hendak berkisah tentang nasib. Tapi, tentang etos kerja. Ada salah satu sahabat yang dulu sejak kecil hidup dari belas kasihan orang. SD-SMA, hidup bersama sebagai anak angkat. Dia bekerja di rumah seorang hakim yang lumayan kaya. Ya layaknya pembantu. Imbalannya, hanya bayaran SPP dan makan. Tidak lebih. Karena itu, ke mana pun pergi, kawan ini jalan kaki.
Tapi, justru itulah yang menimpanya menjadi militan. Pekerja keras. Tak kenal lelah, dan tak kenal malu. Sejak SMA, untuk memenuhi keperluan pribadi, dia rajin ikut lomba karya tulis. Karena memang bakatntya di bidang itu. Dia juga rajin menulis di beberapa koran, dengan harapan mendapat honor.
Selepas SMA, orang tua angkatnya tak membiayai untuk kuliah. Dia pun mencoba peruntungan sebagai kontributor sebuah majalah.
Terakhir, berbekal kenalan sebagai wartawan, dia mengelola bisnis sendiri. Beragam bisnis dijalankan. Semua untung. Saya pernah diajak makan dan diminta berkunjung ke rumahnya. Jujur, saya bangga dan
mengapresiasi semangatnya untuk maju.
Kawan saya ini, sadar betul, yang bisa mengubah nasib hanyalah dirinya. Dia banting tulang, dan penuh daya, plus doa untuk mendapatkan rezeki. Salah satu rahasia untuk membuka pintu-pintu rezeki adalah dengan membaca istigfar. Kok bisa?
Dalam Tafsir al-Qurthubi, suatu hari ada orang yang mengadu kepada al-Hasan al-Bashri tentang nasib kaumnya. Yakni, paceklik, yang berkepanjangan. Maka beliaupun berkata, “Beristighfarlah kepada Allah”. Kemudian datang lagi orang yang mengadu tentang kemiskinan, beliaupun memberi solusi, “Beristighfarlah kepada Allah”. Terakhir ada yang meminta agar didoakan punya anak, al-Hasan menimpali, “Beristighfarlah kepada Allah”.
Ar-Rabi’ bin Shabih yang kebetulan hadir di situ bertanya, “Kenapa engkau menyuruh mereka semua untuk beristighfar?”. Maka al-Hasan al-Bashri pun menjawab, “Aku tidak mengatakan hal itu dari diriku sendiri.
Namun sungguh Allah telah berfirman dalam surat Nuh: “Aku (Nabi Nuh) berkata (pada mereka), “Beristighfarlah kepada Rabb kalian, sungguh Dia Maha Pengampun. Niscaya Dia akan menurunkan kepada kalian hujan yang lebat dari langit. Dan Dia akan memperbanyak harta serta anak-anakmu, juga mengadakan kebun-kebun dan sungai-sungai untukmu”.
Ada juga dalil dari Sunnah Rasul shallallahu’alaihiwasallam yang menunjukkan bahwa memperbanyak istighfar merupakan salah satu kunci rizki.
“مَنْ أَكْثَرَ مِنْ الِاسْتِغْفَارِ؛ جَعَلَ اللَّهُ لَهُ مِنْ كُلِّ هَمٍّ فَرَجًا، وَمِنْ كُلِّ ضِيقٍ مَخْرَجًا، وَرَزَقَهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ”
“Barang siapa memperbanyak istighfar; niscaya Allah memberikan jalan keluar bagi setiap kesedihannya, kelapangan untuk setiap kesempitannya dan rizki dari arah yang tidak disangka-sangka” (HR. Ahmad dari Ibnu Abbas dan sanadnya dinilai sahih oleh al-Hakim serta Ahmad Syakir).
Nah, siapa mau pintu-pintu rezekinya terbuka luas? Anda tahu amalan apa yang harus dilakukan.
* Alumnus UNJ, Wakik Pemimpin Redaksi Trans 7. Kisah inspiratif lain bisa dibaca di www.pracoyo.com
No comments: