Isbedy Stiawan ZS/Teraslampung.Com
Sesi latihan "Tengkulup Paya" |
Kali ini, penulis naskah dan sutradara Rina Nazaruddin Entin (NE) mengangkat cerita rakyat Kuantan Singingi (Kuansing) ini dengan pola-pola fantasi anak. Rina NE yang juga pendiri SKB menjelaskan, pementasan operet anak tersebut dipadukan dengan kisah anak-anak sekarang sehingga pelajaran yang ingin disampaikan bisa lebih dekat dan dirasakan langsung.
Dalam operet anak “Tengkulup Paya” ini, Rina memulai kisahnya dengan menceritakan seorang anak yang malas bangun pagi. Suka membantah perkataan kedua orang tuanya. Lalu untuk memberikan pelajaran, kedua orang tua anak itu mengajak anaknya ke kampung dengan harapan bisa diajari secara lebih mendalam oleh neneknya.
Di kampung, Fidy (tokoh anak kota) dikenalkan dengan suasana kampung dan alam perkampungan yang sederhana dan menyenangkan. Nenek bahkan mengajak Fidy ke hutan untuk mengenal hutan serta satwa seperti burung-burung yang hidup di hutan. Saat di hutan, nenek menunjukkan sebidang tanah kepada Fidy. Nenek pun menceritakan tentang tanah yang berbau busuk serta tak satupun tanaman bisa tumbuh di atasnya. Tanah itu, dikenal masyarakat dengan kisah “Tengkulup Paya”.
“Kisah ‘Tengkulup’ Paya itu sendiri bertutur tentang keluarga miskin yang terdiri dari ibu dan seorang anak gadisnya berusia 12 tahun. Sang ibu adalah perempuan sederhana yang rajin bekerja, sedangkan anaknya suka melawan orang tua dan orang yang dianggapnya menghina kemiskinan mereka. Suatu kali, karena sikapnya sudah keterlaluan maka datanglah azab Tuhan kepadanya dan tubuhnya terperosok ke dalam tanah hingga terbenam dan terkubur di dalamnya,” ujar Rina NE saat dihubungi melalui telepon genggam, Minggu (02/03).
Menurut pelaku teater Riau ini, kedua kisah itu menjadi satu untuk membuat pertunjukan menjadi menarik. Selain berdialog, anak-anak juga akan bernyanyi. Nyanyian tersebut menjadi bagian dari penceritaan sehingga suasana lebih ceria dan mengasyikkan bagi anak-anak. Ada tujuh lagu yang menjadi bagian dari keseluruhan cerita. Nada yang dihadirkan komposernya, Iwan Landel dan Anggara Satria, sesuai dengan dunia kanak-kanak.
“Mudah-mudahan cerita dan nyanyian yang dimainkan adik-adik kami di operet ‘Tengkulup Paya’ ini, nantinya mampu memberi warna bagi perkembangan dunia teater di Riau, umumnya tentu saja Indonesia,” tambah Rina.
Tiket untuk operet anak ‘Tengkulup Paya’ ini seharga Rp25.000, Rp30.000 dan Rp35.000. Pemesanan dapat ke manajemen Sanggar Keletah Budak melalui Pebgo 085278395126 dan Rina NE 08126882008.
Lebih lanjut Rina NE menuturkan, aktor dan aktris cilik pada pementasan operet ini dari anak-anak TK, SD, dan SMP. “Mereka anggota Sanggar Keletah Budak yang memang sudah menjalani proses latihan selama beberapa bulan terakhir,” jelas Rina.
Sanggar Keletah Budak yang didirikan Rina NE sejak 2007 ini telah menggelar tiga kali operet anak yang kisahnya diangkat dari cerita rakyat Riau seperti operet anak “Awang Putih”, “Si Lancang” dan “Tengkulup Paya”.
No comments: