Muridan S. Widjojo |
Oyos Saroso HN/Teraslampung.com
Bandarlampung--Muridan S. Widjojo, salah satu tokoh penting dalam upaya perdamaian di Papua, meinggal dunia, Jumat (7/3) pukul 14.07 WIB. Peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) tersebut selama ini dikenal sebagai seorang tokoh yang berjuang keras dan tekun untuk terjadi Dialog Jakarta-Papua.
Bandarlampung--Muridan S. Widjojo, salah satu tokoh penting dalam upaya perdamaian di Papua, meinggal dunia, Jumat (7/3) pukul 14.07 WIB. Peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) tersebut selama ini dikenal sebagai seorang tokoh yang berjuang keras dan tekun untuk terjadi Dialog Jakarta-Papua.
"Karena kegigihannya itu, Jakarta mencurigai Muridan sebagai pendukung Papua Merdeka. Namun, dirinya selalu merasionalisasi bahwa dialog sangat penting di Papua untuk mewujudkan Papua Tanah Damai," kata aktivis Papua, Marthen Goo.
Marthen Goo mengatakan, penghargaan dan penghormatan yang dalam dan besar sepatutnya diberikan kepada Tuan Muridan yang dengan kesungguhan hatinya memperjuangkan keselamatan bangsa Papua.
“Kiranya kebesaran hatinya menjadi semangat baru bagi generasi berikutnya. Selamat Jalan Kk Muridan. Doa kami menyertaimu dalam kerajaan Bapak di Sorga,” kata Marthen Goo.
Dalam syair–syair puisi, Marthen Goo mencoba menggambarkan semangat juang tokoh Jaringan Damai Papua (JDP) ini: Demi kedamaian, Kau berjuang tuk Kami, Papua…Walau kau sakit, nyawa mu kau pertaruhkan tuk terjadinya Dialog-Jakarta Papua.
“Jakarta mencurigaimu tuk mendukung Papua Merdeka, namun kau tetap tersenyum tuk kedamaian..., Namun, kau (Miuridan Widjojo- red) tetap tersenyum tuk mendorong Dialog Jakarta Papua. Kau tokoh dan pahlawan kemanusiaan kami. Selamat jalan Kakak tuan,” kata Marthen.
"Rest In Peace. Walau sedikit berjumpa dan tidak begitu kenal, namun pengalaman dan kepedulian akan Papua merupakan motivasi generasi muda Papua untuk tetap eksis bersuara bagi kedamaian dan cita - cita rakyat Papua. Selamat beristirahat dengan tenang menuju Surga Indah..." demikian tulis beberapa pemuda Papua yang ikut berbelasungkawa.
Muridan selama ini aktif dalam berbagai kegiatan seminar dan penelitian untuk mendorong masalah – masalah Papua untuk diselesaikan secara adil dan bermartabat serta adanya Jaringan Damai Papua yang menghendaki adanya Dialog Jakarta – Papua secara damai.
Muridan Satrio Widjojo bekerja magang sebagai honorer di Kedeputian Ilmu Pengetahuan Sosial dan Kemanusiaan (IPSK) LIPI pada 1993 dan resmi bekerja untuk Pusat Penelitian Politik (P2P) LIPI sejak 1995.
Sejak 2008 Muridan memimpin tim kajian Papua dan sejak 2010 menjadi koordinator bersama Jaringan Damai Papua (JDP) yang bekerja secara sukarela memfasilitasi persiapan dialog antara masyarakat Papua dengan Pemerintah. Sejak akhir 2010 doktor sejarah politik lulusan Universitas Leiden Belanda 2007 ini terpilih menjadi Kepala Bidang Politik Lokal di P2P LIPI.Peneliti alumnus UI (Magister Antropologi FISIP UI dan sarjana Fakultas Ilmu Budaya UI) ini juga menjadi pengajar tidak tetap dan membimbing mahasiswa S3 di FIB UI.
Sebagai peneliti, dia dikenal sebagai spesialis Papua (dan Maluku). Sejak 1993 penelitian lapangan dan karya-karyanya memfokuskan masalah kebudayaan dan politik di Papua. Untuk mendalami sejarah Papua, di Leiden Belanda dia mendalami arsip-arsip abad ke 18 dan 19 Maluku Utara yang terkait dengan sejarah Papua.
Muridan lahir di Surabaya, 4 April 1967. Setelah menamatkan kuliah di jurusan Sastra Prancis UI, 1992. Muridan melanjutkan pendidikan master antropologi sosial di universitas yang sama pada 2001. Setahun berikutnya, gelar master juga diraihnya dari Universiteit Leiden, Belanda, dengan penekanan pada sejarah prakolonial. Pada 2007, gelar doktor filsafat (Ph.D) untuk bidang yang sama diraihnya.
Suami Suma Riella Rusdiarti yang dikaruniai 4 orang anak itu dikenal dunia sebagai ahli Papua. Sejak 2088 hingga meninggalnya, Muridan adalah ketua Tim Kajian papua LIPI. Banyak jasa dan pengabdian yang sudah diberikannya untuk tanah Papua, termasuk menginisiasi perdamaian ketika terjadi perang adat yang melibatkan tujuh suku pada 1993.
Sejumlah monograf, artikel, dan buku sudah pernah dihasilkan Muridan. Beberapa di antaranya adalah Gerakan Mahasiswa 1998: Penakluk Rezim Orde Baru(Jakarta: Sinar Harapan, 1999), The Revolt of Prince Nuku (Leiden: Brill, 2009). Yang terbaru adalah Papua Road Map (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2009). Versi Inggrisnya diterbitkan oleh KITLV Jakarta-Leiden dan ISEAS Singapura.
Muridan juga menulis sejumlah artikel di jurnal ilmiah internasional dan opini di sejumlah surat kabar dan majalah, seperti Kompas, Tempo, dan lain - lain. Minat penelitian yang sekarang ini dikembangkan adalah sejarah lokal, politik lokal, konflik dan pembangunan perdamaian, serta pengembangan indeks demokrasi lokal.
Jenazah almarhum saat ini disemayamkan di rumah duka: Kompleks Pondok Widyatama Indah blok C No 10 Pondok Rajeg, Cibinong, Jawa Barat. Selanjutnya, almarhum Muridan Widjojo besok dimakamkan pukul 10.00 WIB di TPU Pondok Rajeg, Pondok Rajeg, Cibinong.
No comments: