» » » Aktivitas “Pak Ogah” di Terbanggi Masih Berlangsung

Isbedy Stiawan ZS, Siti Qodratin/Teraslampung.Com


Aksi Pak Ogah (teraslampung.dok)
Bandarlampung—Pemalakan kepada pengguna jalan dengan dalih mengatur arus lalu lintas, khususnya di kampung tua Terbanggi pasca rusaknya jembatan, hingga Jumat (7/3) sore masih berlangsung.

Padahal, Sabtu petang (2/3) lalu, pihak kepolisian menertibkan Pak Ogah alias preman berkedok mengatur lalu lintas di situ, dan mengamankan 13 orang. Namun, menurut warga setempat, ke-13 orang itu dipulangkan setelah mendapat pembinaan.

Para Pak Ogah beraksi di pintu masuk menuju Teminal Betan Subing karena jalan tersebut selalu ramai dan cenderung agak macet. Selain itu, jalan menuju kampung tua Terbanggi. Ruas jalan itu sendiri merupakan jalur alternatif menyusul amblasnya jembatan di jalur lintas tengah Sumatera di ruas Kabupaten Lampung Tengah, beberapa waktu lalu.

Yusman, warga Tulangbawang Barat, mengaku masih harus mengeluarkan uang kepada Pak Ogah saat hendak masuk kampung tua Terbanggi. “Memang tidak besar, hanya Rp2 ribu saat masuk dan Rp2 ribu lagi begitu hendak keluar,” katanya.

Yusman ditemui di Bandarlampung, Jumat malam (7/3), yang baru beberapa jam lewat Kabupaten Lampung Tengah. Karena membawa kendaraan pribadi, jalurnya kampung tua Terbanggi. Saat masuk dekat pos Polisi, dia melempar Rp2 ribu ke dalam kotak kardus, begitu pula hendak keluar kampung tua itu.

Menurut Yus, penertiban yang digelar aparat kepolisian tidak membuat para Pak Ogah di sana menjadi kendur atau hilang sama sekali. Bahkan, ia menilai, efek jeranya hanya sesaat. “Mungkin hanya sehari dua hari, buktinya mereka masih beraktivitas,” ujar dia.

Sebab, dia menambahkan, pasca kerusakan jembatan Terbanggi dianggap sebagai terbukanya lapangan kerja untuk mendapatkan uang dengan mudah. Yus sekadar menghitung-hitung, kalau perorang tiap hari bisa membawa pulang uang Rp200 ribu sampai Rp300 ribu sudah cukup buat hidup sehari atau dua hari.

“Ini jelas dianggap peluang bagi mereka, dari memanfaatkan kerusakan jembatan yang juga kapan selesai diperbaiki,” katanya kemudian.

Meskipun tidak kasar saat meminta retribusi ilegal seperti sebelum ditertibkan pihak kepolisian, menurut Ari Pambudi asal Bandarlampung, tetap saja aksi Pak Ogah itu sangat merugikan pengguna jalan yang melintas jalur Lampung Tengah.

“Jalan yang dilalui pengguna jalan itu bukan jalan pribadi, jadi tak ada aturannya dipungut retribusi,” kata supir distribusi jajanan anak-anak itu. “Jadi, saya setuju sekali kalau polisi selalu memantau aktivitas Pak Ogah di sini.”

Apalagi, menurut Ari, dirinya menduga aktivitas para preman di Terbanggi ini karena ada “jaminan” dari aparat keamanan dengan join (bagi) hasil. “Biarpun diamankan atau ditangkap, kan dikeluarkan lagi. Hanya pembinaan, istilahnya.”

Ari menjelaksan, bukan hanya di kampung tua Terbanggi sebab aktivitas Pak Ogah di sekitar masuk ke Terminal Betan Subing juga terlihat aktivitasnya. Meski akhir-akhir ini tidak ramai lagi, tetap saja pengguna jalan yang dirugikan.

“Kecuali uangnya masuk kas pemerintah, tapi ini untuk kepentingan pribadi mereka. Jadi mata pencarian mereka,” kata Pambudi.

Itu sebabnya, Yusman dan Pambudi, mengharapkan kepada pemerintah secepatnya memperbaiki jembatan Terbanggi yang rusak. “Satu-satunya untuk menutup aktivitas pemalak di sini, perbaiki dulu jembatan itu,” kata Yusman.

Sebelumnya, diberitakan pada Sabtu petang (1/3), polisi berhasil menangkap setidaknya 13 orang yang diduga kuat sering pungutan liar di sekitar Terminal Betan Subing.(baca:Polisi Tangkap Belasan Terduga Preman di Sekitar Terminal Betan Subing

"Sebanyak 13 orang kami tangkap dalam operasi penyakit masyarakat. Ini berkat bantuan informasi yang disebarluaskan masyarakat. Masyarakat resah karena aksi mereka bukan untuk mengatur  lalu lintas tetapi melakukan pungutan liar,” kata Kabid Humas Polda Lampung, Ajun Komisaris Besar Polisi Sulistyaningsih, Minggu (2/3).

Menurut Sulistyaningsih, ke-13 pelaku tidak hanya berasal dari daerah sekitar Lampung Tengah, tetapi juga dari Kabupaten Pesawaran dan Lampung Utara. Di antara mereka sehari-hari ada yang berprofesi sebagai pedagang asongan dan pengamen.

“Sekarang sudah aman. Para sopir tidak perlu takut lagi,” ujar Sulistyaningsih.

Ke-13 pelaku adalah Andri (25) Terbanggi Besar, Lampung Tengah; Ahmad Hawasi (36), Zazuli (39), warga Yukum Jaya, Terbanggi Besar, Lampung Tengah, Supri (25) warga Kampung  Terbanggi Besar, Lampung Tengah; warga  Kampung Kecubung, Kecamatan Tenun; Iskandar (28) warga Kampung Way Kekah, Terbanggi Besar; Salman (30) warga Negara Ratu Atas, Kabupaten  Pesawaran;  warga Blambangan Pagar, Lampung Utara, Arizon (43), warga Bandarjaya , Lampung Tengah, Ibrahim (39) warga dari Negara Atas Kabupaten Pesawaran; Wawan Irawan (16), warga Terbanggi Besar, Lampung Tengah; Deni Ardani (16)  warga PoncowatiTerbanggi Besar, Lampung Tengah; Saili Sanjaya (37) warga Terbanggi Besar, Muksin  (49) warga Terbanggi Besar, Lampung Tengah.


Berita terkait: Polisi Diminta Tertibkan Preman di Terbanggi
Baca Juga Pak Ogah Resahkan Sopir Bus dan Truk

«
Next
Newer Post
»
Previous
Older Post

No comments:

Leave a Reply