» » Legenda Sumur Putri


Isbedy Stiawan ZS/Teraslampung.Com



       SUMUR PUTRI

       mandi, mandilah putri
       sebelum petang berganti malam
       agar tak dikubur kelam
       dan peri-peri datang
       mengganggu anak perawan
       begitu nasihat dayang-dayang
       ……..
       (Isbedy Stiawan ZS, 1986)

     

Sumur Putri dikeliling ilalang (foto isb)
Bandarlampung—Pada tahun 1986 saya pernah menulis puuisi berjudul “Sumur Putri”. Puisi ini  terinspirasi oleh Sumur Putri yang ada di Telukbetung. Sumur Putri—juga Kali Akar—adalah dua tempat pemandian di Bandarlampung yang tersohor.

Saya demikian akrab dengan tempat pemandian ini. Sebab semasa anak-anak saya sering mandi di sini. Terutama pada bulan Ramadhan, karena masa itu sekolah diliburkan sebulan penuh, bersama teman-teman saya ke sini: sekadar menunggu berbuka puasa sambil mandi.

Memang, mandi yang paling nikmat di sini adalah saat petang. Ini terjadi sampai kini, banyak warga mendatangi sumur di Kelurahan Sumur Putri – persisnya di dekat bendungan air PDAM Way Rilau.

Sedangkan pada musim kemarau, air Sumur Putri dan Kali Akar diserbu masyarakat. Selain mandi, pulangnya membawa air untuk keperluan di rumah. Air diangkut dengan mobil ataupun kendaraan roda dua.

Sebenarnya tidak ada keistimewaan dari sumur yang berada di bagian bawah dan hampir tak terlihat dari jalan raya ini. Keberadannya nyaris tertutup ilalang dan pepohonan di sekitar sumur. Bentuk sumur juga tak begitu besar, namun airnya tak pernah kering. Sebuah gubuk kecil untuk ganti pakaian bagi perempuan, terlihat apa adanya: dinding terbuat dari papan agak jarang.

Tetapi, sumur ini tetap menggoda masyarakat. Warga dari luar Lampung tak terhitung mendatangi Sumur Putri. Terutama pada malam Jumat, pengunjung mandi bergantian. Lalu pulang akan membawa beberapa botol air dari sumur ini.

Berbagai versi ihwal Sumur Putri ini kerap kita dengar. Legenda sumur ini juga pernah dipentaskan dalam koreografi tari. Penyair Lampung lain, Syaiful Irba Tanpaka, juga menorehkan dalam puisinya. Inilah puisi “Pelangi di Sumur Putri” yang ditulisnya pada 1986:

       kata nenekku; pelangi itu
       adalah titianmu, bidadari
       dari kayangan turun mandi di Sumur Putri
       sambil bernyanyi melulur diri
       dengan bunga warna-warni
       semerbak mewangi 


Sementara itu, Turmudi (1945), Ketua RT 01 Lk 1 di Kelurahan Sumur Putri, punya cerita dari turun-temurun sejak kakeknya. Diceritakan, dahulu kala pada malam hari di tempat ini tampak putri sedang mandi. Namun, begitu warga mendekatinya, putri itu tiba-tiba raib.

Putri ini, konon, adalah putri raja yang pernah memerintah di daerah ini. Setiap petang ataupun malam hari, sang putri turun mandi. Saat mandi para dayang menungguinya, selesai mandi para dayang menyorongkan pengering tubuh (handuk) dan pakaian.

Pada suatu ketika, sang putri dijodohkan oleh orang tuanya. Ia menolak karena ia mencintai pemuda itu. Akhirnya, ia mencebur ke dalam sumur ini. Sejak itu, warga menamai pemandian ini sebagai Sumur Putri.

Sedangkan versi dari verita lain, di daerah ini konon hidup sebuah kerajaan. Sang raja memunyai dua putri. Suatu saat, seorang pemuda menemukan pakaian kedua putri. Tatkala pemuda itu mengembalikan pakaian putri, keduanya pun mencintai pemuda itu karena tampan.

Namun, sang pemuda harus memilih salah satu putri untuk menjadi ibu dari anak-anaknya. Salah satu putri kecewa, lalu ia lari ke sumur ini. Sang putri tak henti-henti menangis, sampai ia terjun ke dalam sumur.

Itulah air yang tak henti mengucur, diibaratkan sebagai airmata sang putri. Sedangkan terdengar para putri sedang mandi pada malam hari, adalah putri dan para dayangnya.

Baik Usman ataupun salah seorang petugas PDAM Way Rilau di sana, mengakui, terutama pada malam Jumat sering mendengar suara orang mandi. Begitu dilihat, tidak ada seorang pun yang sedang mandi.

Sumur Putri, diyakini sebagian masyarakat, memili khasiat. Terutama airnya sebagai perekat cinta kasih. Warga lain meyakini air dari sumur ini bisa menyebuhkan berbagai penyakit. Karena itu, banyak warga bermandi di sumur ini. Bahkan, dari Pulau Jawa. Peziarah dari Jawa menyebutnya Sumur Kaputren.

Nama Sumur Putri ini, kini menjadi nama kelurahan. Kelurahan Sumur Putri masuk wilayah Telukbetung, Bandarlampung.

Untuk sampai ke daerah ini cukup mudah. Bisa ditempuh dari berbagai arah. Misalnya, dari Kemiling menuju Jalan Radin Ima Kusuma. Ikuti saja jalan ini hingga menemui Kantor PDAM Way Rilau. Setelah itu kendaraan arahkan ke Batuputu, dan tak jauh dari PDAM Way Rilau bertanyalah pada warga di mana Sumur Putri.

Jika dari Kuripan, Olokgading, ikuti jalan menuju PDAM Way Rilau. Ketika melihat pabrik mineral Great, tak jauh dari situ Sumur Putri berada.



Kali Akar, tak sebening masa lalu (foto: isb)
Kali Akar
Di kawasan ini, selain Sumur Putri juga terdapat Kali Akar. Di Kali Akar ini, dulu airnya sangat jernih dan dalam. Anak-anak dan orang tua mandi di sini, terutama jelang Ramadhan ataupun sepanjang bulan puasa.

Kini Kali Akar, setiap tahun menjelang Ramadhan, dijadikan kegiatan bulanger, yaitu tradisi bebasuh bagi masyarakat Lampung. Tradisi bulanger ditetapkan oleh Pemerintah Provinsi Lampung event pariwisata di Kota Bandarlampung.

Sumur Putri dan Kali Akar cukup menjanjikan sebagai objek wisata alam. Hutan di atas Kali Akar sungguhlah estetis. Sejauh mata memandang, yang tertangkap adalah kehijauan.

Karena itu, jika saja pemerintah jeli, kawasan ini bisa dirawat sebagai objek wisata. Sayangnya tak terurus, dan tidak serius memolesnya. Jangan cuma diramaikan setahun sekali, yaitu pada acara bulanger menjelang masuknya Ramadhan.


«
Next
Newer Post
»
Previous
Older Post

No comments:

Leave a Reply