» » » » » "Kopilani", Kopi Luwak tanpa Luwak

Masiswi IBI Darmajaya dengan kopi luwak produk mereka.
Siti Qodratin Aulia

BANDARLAMPUNG—Heboh rilis ‘tidak berperikewanan’ dalam produksi kopi luwak yang dilakukan dilakukan People for the Ethical Treatment of Animals (PETA), kini menemukan jawabannya. Solusi sangat bagus untuk mengatasi protes para pecinta binatang itu adalah memproduksi kopi luwak tanpa luwak. Hal itu kini dilakukan oleh sekelompok mahasiswa Information and Bussines Institute (IBI) Darmajaya Bandarlampung.

Para mahasiswa IBI Darmajaya saat ini sudah mulai memproduksi kopi luwak yang diberi nama “Kopilani”. Produk baru itu merupakan bagian dari upaya IBI Darmajaya mengembangkan jiwa kewirausahaan bagi para mahasiswa.

Menurut Suroyo, salah satu mahasiswa penggagas produk tersebut, produksi kopi luwak tanpa luwak berasal dari pengembangan kopi luwak hasil fermentasi buatan seorang mahasiswa IBI Darmajaya. Lalu,bersama mahasiswa lainnya, mereka bersepakat untuk mencoba membuat produk kopi dengan inovasi yang berbeda.

“Jadi kopi luwak ‘Kopilani’ ini merupakan terobosan baru dalam menghasilkan kopi luwak tanpa memanfaatkan luwak. Kami hanya meniru pola fermentasi biji kopi luwak yang selama ini mengandalkan binatang luwak, menjadi fermentasi buatan,” kata Suroyo, Sabtu (8/2).

Kopi luwak "Kopilani" siap dipasarkan.
Suroyo mengatakan prinsip kerja fermentor adalah reaksi enzimatis dan fermentasi mikrobial yang terjadi alami di dalam saluran pencernaan hewan luwak. Kandungan dan rasanya sama persis dengan kopi yang diproses alami dalam perut luwak.

“Untuk menghasilkan produk ini kami mendapatkan pendampingan dari inkubator bisnis dan teknologi (Inkubitek) Darmajaya, terutama untuk menangani manajemen dan pengembangan pasar” ujar mahasiswa jurusan Manajemen semester lima itu.

Menurut Suroyo “Kopilani” memiliki beberapa keunggulan dibandingkan kopi yang memanfaatkan luwak. Antara lain lebih mudah diproduksi dalam skala besar, kualitas produk terkontrol secara baik, harga ekonomis, dan tidak merusak kelestarian populasi hewan luwak.

“Selama ini juga masih ada pro dan kontra tentang kehalalan kopi luwak lantaran kopinya bercampur dengan kotoran luwak. Dengan adanya kopi luwak hasil fermentasi buatan, mereka tak perlu meragukan lagi masalah tersebut, karena kopi luwak yang satu ini lebih higienis dan tidak memanfaatkan binatang luwak,” kata dia.

Tulisan terkait
Berita terkait
Berita terkait

«
Next
Newer Post
»
Previous
Older Post

No comments:

Leave a Reply