Lampung Tengah--Memasuki gerbang perusahaan penggemukan sapi PT Great Giant Livestock (GGL) di Terbanggi Besar, Kabupaten Lampung Tengah, tidak tampak adanya ribuan sapi. Beberapa ratus meter dari pintu gerbang, yang tampak justru pabrik pengalengan nanas.
Di samping kiri dan kanan jalan menuju kantor PT GGL yang terhampar adalah ribuan hektare kebun nanas. Itu adalah kebun nanas milik PT PT Great Giant Pineapple (GGP), perusahaan yang sama-sama menjadi bagian dari Gunung Sewu Group. PT GGL fokus pada usaha penggemukan sapi, sementara PT GGP menjadi perusahaan pengalengan nanas.
Kandang sapi sebagai tempat penggemukan, pembibitan, dan karantina terletak beberapa ratus meter dari kantor PT GGL. Di kantor itu tiap hari ramai peternak sapi dari berbagai daerah di Lampung untuk melakukan transaksi maupun sekadar berkonsultasi.
Sepintas, tidak ada hubungan antara kebun nanas dengan sapi. Namun, ternyata kebun nanas dan sapi di kompleks seluas 32 ribu hektare itu saling berkaitan. Itu karena sapi-sapi milik PT GGL mendapatkan pasokan pakan dari limbah nanas. PT GGL bahkan mengklaim sebagai satu-satunya perusahaan penggemukan dan pembibitan sapi di dunia yang terintegrasi dengan sumber pakan. Selain itu, PT GGL juga berperan sebagai inti, sementara banyak peternak sapi yang berperan sebagai plasma dalam jalinan kemitraan.
“Industri feedlot kami didukung oleh potensi sumber pakan by-product industri nanas kaleng berupa kulit nanas yang sangat baik sebagai pakan ternak sapi potong,dengan jumlah yang cukup dan berproduksi secara terus-menerus,” kata Direktur Operasional PT GGL, Didiek Purwanto.
Menurut Didiek salah satu keunggulan kulit nanas adalah memilik kadar gula tinggi (brix) sebagai sumber energi dan bentuk Readily Available Carbohidrate (RAC) yang dapat langsung digunakan oleh ternak.
“Dilihat dari kekayaan kandungan nutrisinya, kulit nanas dapat digunakan untuk sumber energi dan membaurkan kulit nanas dengan pakaian konsentrat. Tidak ada yang terbuang dari produksi nanas dan penggemukan sapi. Limbah nanas kami manfaatkan sebagai pakan sapi, sementara kotoran sapi yang sudah kami olah kami jadikan pupuk organik untuk memupuk kebun nanas,” kata Didiek Purwanto.
Kebun nanas milk PT GGLC di Terbanggi Besar, Lampung Tengah. (Foto: Oyos Saroso H.N.) |
“Makanya, meskipun terjadi kemarau panjang para peternak sapi di Lampung yang menjadi mitra kami tidak pernah kesulitan mendapatkan pakan,” ujarnya.
Didiek mengatakan sejak 1987 PT GGLC telah membina kemitraan lebih dari 2.000 peternak plasma di 48 desa di 6 kabupaten di Lampung. Kemitraan terpadu GGL miliputi kerjasma penggemukan sapi, budidaya pembibitan, industri kecil pakan ternak dan pupuk organik.
“Pola kemitraan merupakan satu konsep yang terintegrasi. Terutama memberdayakan masyarakat agar mempunyai jiwa kewirausahaan yang mandiri. Kalau peternak sudah pintar menggemukkan sapi, maka swasembada sapi tidak harus menunggu sampai tahun 2014,” kata Didiek.
“Target jangka panjang dari program ini adalah untuk memberikan kesejahteraan masyarat melalu program yang berkelanjutan. Sudah banyak petani yang berhasil,” tambah Didiek.
No comments: