Pelabuhan Panjang |
JAKARTA, teraslampung.com—PT Pelindo II menandatangani kerjasama dengan Bank Dunia untuk membuat studi rekomendasi atau advisory service guna mempertajam fokus reformasi logistik dan memperkuat konektivitas.
Dalam kesepakatan itu Pelindo II membayar US$1,4 juta kepada Bank Dunia untuk menyediakan jasa konsultasi dan studi dalam mengurangi biaya logistik yang tinggi secara efektif dan sejalan dengan cetak biru sistem logistik nasional (Sislognas) pemerintah.
“Kami ingin memberikan rekomendasi-rekomendasi terbaik terhadap pemerintah yang sesuai dengan kebutuhan dan situasi saat ini,” ujar Wakil Presiden Bank Dunia untuk Kawasan Asia Timur dan Pasifik Axel van Trotsenburg, Selasa (12/11/13)
Trotsenburg mengatakan biaya logistik yang tinggi dapat menghambat pertumbuhan ekonomi Indonesia dan daya saing industri. Dalam indikator kinerja logistik 2012 dari Bank Dunia, lanjutnya, Indonesia menempati peringkat ke 59 dari 155 negara. Malaysia ada pada posisi 29, sementara Thailand di posisi 38.
Meskipun peringkat logistik Indonesia mengalami peningkatan dari posisi 75 pada 2010 lalu, survei Bank Dunia menunjukkan Indonesia masih lemah dalam infrastruktur dan efesiensi regulasi maupun bea cukai.
Senior Ekonom Bank Dunia Sjamsu Rahardja mengatakan Bank Dunia akan melakukan identifikasi terhadap 36 pelabuhan yang tersebar di pelosok Indonesia.
Menurut Sjamsu waktu yang diberikan dalam menyelesaikan studi tersebut yakni 12-14 bulan mendatang. Yang diidentifikasi, menurut Sjamsu, bisa sistem cara kerjanya, manajemennya, hingga kapasitasnya.
“Dengan demikian rekomendasinya untuk meningkatkan kapasitas pelabuhan macam-macam juga, apakah butuh perbaikan, investasi baru, dan lain sebagainya. Selain itu, Bank Dunia juga akan memberikan rekomendasinya terkait strategi pembiayaan dalam industri logistik,” kata dia. (NR)
No comments: