» » » » Sapta Nirwandar: Festival Musik Bambu Bisa Jadi Agenda Tahunan Kabupaten Pringsewu

Adi Nur Pracoyo/Teraslampung.com


Wamenparkraf Sapta Nirwandar membuka FMBN VIII.
PRINGSEWU--Wakil Menteri Pariwiata dan Ekonomi Kreatif Sapta Nirwandar berharap Pemkab Pringsewu bisa menggelar even tahunan Fstival Musik Bambu. Sebab, bambu berkaitan erat dengan sejarah Pringsewu sebagai daerah kolonisasi buatan Belanda yang berkembang pesat hingga seperti saat ini.

“Apalagi Kabupaten Pringsewu ini memiliki potensi yang cukup besar untuk lebih maju, selain nama Pringsewu sendiri yang mempunyai makna Bambu Seribu, sehingga sangat tepat kalau Bambu Nusantara World Music Festival 8 ini diselenggarakan di Pringsewu, sebagai Kota Seribu Bambu,” kata Sapta Nirwandar.

Bambu Nusantara World Music Festival  VIII atau Festival Musik Bambu Nusantara (FMBN) yang digelar di Pringsewu, Kabupaten Pringsewu, Kamis-Jumat (15-16/5/2014) berlangsung meriah. Even nasional yang digelar di Lapangan Komplek Perkantoran Pemkab Pringsewu itu  dibuka oleh Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif RI Dr.Sapta Nirwandar dan diikuti peserta dari sejumlah provinsi di Indonesia.

Turut pula menghadiri acara tersebut Gubernur Provinsi Lampung H.Sjachroedin ZP beserta Ketua TP-PKK Lampung Ny.Hj.Truly Sjachroedin ZP, jajaran Forkompimda Provinsi Lampung, Bupati dan Wakil Bupati Pringsewu, dan beberapa kepala daerah di Provinsi Lampung, serta dihadiri ribuan pengunjung yang turut menyaksikan gelaran akbar tersebut.

Sederet musisi dan artis ibukota juga turut memeriahkan festival tersebut. Di antaranya Dwiki Dharmawan, Ita Purnamasari, Krakatau Band, dan Kerispatih. Mereka akan tampil di hari kedua sekaligus malam penutupan puncak Nusantara World Music Festival  VIII.

Selain itu, ada pulapertunjukan meriam bambu, penerbangan lampion,  pameran produk-produk kerajinan bambu, wisata kuliner bambu, seminar mengenai bambu, fashion, mercahdise, permainan tradisional, dan semua aspek yang bersumber dari bambu maupun berkaitan dengan bambu.

Turut pula diserahkan piagam penghargaan dari Museum Rekor Dunia-Indonesia (MURI)  kepada Pemerintah Provinsi Lampung yang diterima oleh Gubernur H.Sjachroedin ZP dan Pemerintah Kabupaten Pringsewu yang diterima oleh Bupati H.Sujadi atas penampilan musik gamolan yang dimainkan oleh 400 orang pemain secara bersama-sama.

Dalam kesempatan tersebut, juga dilakukan peresmian gedung Kantor Bupati Pringsewu di Kompleks Perkantoran Pusat Pemerintahan Kabupaten Pringsewu di Pekon Klaten, Kecamatan Gadingrejo, Pringsewu. Peresmian ditandai dengan prosesi pengguntingan pita dan penandatanganan prasasati oleh Gubernur Lampung.

Bupati Pringsewu H.Sujadi selaku tuan rumah yang ditunjuk dan dipercaya sebagai tempat digelarnya Nusantara World Music Festival VIII, menyatakan rasa bahagia dan terimakasih atas kepercayaan yang diberikan kepada Kabupaten Pringsewu.

Bupati juga mengungkapkan bahwa sejarah keberadaan Pringsewu sendiri tidak terlepas dari yang namanya Bambu. “Sejarah Pringsewu diawali dengan berdirinya  sebuah perkampungan (tiuh) bernama Margakaya yang dihuni oleh masyarakat asli Lampung-Pubian di tepi aliran sungai Way Tebu pada tahun 1738 Masehi. Hingga datangnya kelompok masyarakat dari Pulau Jawa melalui program kolonisasi pemerintah Hindia Belanda pada tanggal 9 September 1925 dengan membuka hutan belantara yang sangat lebat yang banyak ditumbuhi ribuan pohon bambu di sekitar Tiuh Margakaya,” ungkapnya.

Karena banyaknya pohon bambu, lanjut bupati, oleh masyarakat pembuka hutan, perkampungan yang baru dibuka tersebut dinamakan ‘Pringsewu’, yang mengambil nama dari bahasa Jawa yang artinya Bambu Seribu. |

"Ke depan, kami bertekad dan berencana membangun sebuah kampung bambu dan kebun raya bambu, sehingga upaya untuk menjadikan Pringsewu sebagai pusat bambu di Indonesia dapat terwujud," ujarnya.

Sementara itu, Gubernur Lampung H.Sjachroedin ZP dalam sambutannya mengatakan Provinsi Lampung sejak dahulu telah memiliki kekayaan kebudayaan yang tinggi, diantaranya adalah alat musik tradisional yang terbuat dari bambu yang bernama gamolan. “Berdasarkan penilitian para ahli, alat musik gamolan sudah ada di Lampung sejak abad ke-4 Masehi,” katanya.

Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif RI Dr.Sapta Nirwandar saat membuka Bambu Nusantara World Music Festival VIII mengatakan, kegiatan tersebut merupakan salah satu upaya dalam rangka melestarikan kebudayaan asli Indonesia, khususnya kesenian musik tradisional yang terbuat dari bambu yang banyak sekali ragam dan jenisnya di seluruh Indonesia.

“Tidak hanya seni musik, tetapi juga berbagai alat  kebutuhan manusia, permainan tradisional, kuliner, dan berbagai aspek yang terbuat dari bambu,” ujarnya.

Diungkapkan oleh Wamen Parekraf, Bambu Nusantara World Music Festival VIII ini merupakan yang pertama kali diselenggarakan di luar Pulau Jawa. Menurut Sapta, dari Bambu Nusantara World Music Festival I hingga VII selalu digelar di Jakarta dan Bandung secara indoor. Baru kali ini digelar secara outdoor, sehingga akan  dapat lebih menarik perhatian masyarakat luas dari berbagai kalangan.Wamen juga mengatakan dengan Bambu Nusantara World Music Festival VIII, tentunya akan akan membuat nama Pringsewu semakin dikenal luas dan tentunya akan membawa kemajuan bagi Kabupaten Pringsewu. (Andoyo)

«
Next
Newer Post
»
Previous
Older Post

No comments:

Leave a Reply