Marshanda (berita8.com) |
Tak ada sumai-istri yang bebas dari perceraian. Sabar, dan saling menghormati salah satu resep menjaga keutuhan rumah tangga.
Anda yang rutin mengikuti berita selebriti, pasti dengan mudah menyebut nama-nama artis yang baru saja melangsungkan “upacara” perceraian. Ada yang diam-diam, ada yang baru rencana tapi sudah membongkar ke media.
Agak mengenaskan. Zaman dulu, ketika saya masih kecil, status janda itu aib bagi orang. Keluarga yang memiliki anak yang baru bercerai, pasti menjadi bahan omongan negatif. Karena itu, keluarga sangat menentang bila ada saudara yang ingin bercerai. Tapi, lihatlah sekarang. Orang bisa saban bulan bercerai. Dan, yang janda tanpa risih juga menunjukkan dirinya janda — sejuta maaf bagi mereka yang janda.
Lihatlah angka perceraian pasangan di Indonesia yang terus meningkat drastis. Badan Urusan Peradilan Agama (Badilag) Mahkamah Agung (MA) mencatat selama periode 2005 hingga 2010 terjadi peningkatan perceraian hingga 70 persen. Sekedar contoh tahun 2010, terjadi 285.184 perceraian di seluruh Indonesia. Dari angka itu, 70% perceraian terjadi akibat gugatan istri dengan alasan tidak harmonis. Salah satu pendorong istri menguggat, karena kebanyakan wanita bisa mandiri secara ekonomi. Tidak butuh nafkah ekonomi alias kebutuhan lahir ini, yang ikut perempuan begitu mudah menggugat cerai.
Intinya, pertengkaran. Beda pendapat, beda gaya, sebenarnya bumbu dalam rumah tangga. Tanpa bertengkar, rasanya, bukan rumah tangga. Bahkan, hubungan suami-istri justru terasa lebih indah bila selesai bertengkar. Coba, adakah suami-istri yang tidak pernah bertengkar? Rasanya tidak.
Cerai, kadang dianggap jalan keluar. Dianggap sebagai solusi paling ideal. Padahal banyak hal yang muncul setelah perceraian. Mereka terburu-buru meminta talak (cerai), tanpa berfikir efek negatif yang timbul. Anak-anak yang dibesarkan dalam keluarga broken home diyakini tidak sebaik mereka yang dibina dalam keluarga yang akur.
Di luar itu, percaya atau tidak, perceraian adalah impian setan. Jika Anda sudah begitu mudah meminta cerai, maka berhati-hatilah. Karena Anda sudah dalam kendali setan alias iblis jahat.
Bercerai, berarti kehancuran biduk keluarga. Kehancuran keluarga, sudah lama menjadi tugas para setan yang terkutuk. Salah satu target yang diincar adalah keluarga yang bahagia. Mereka, para setan, sangat bergembira bila suami berpisah dengan istrinya, anak-anak terpisah dari ayah atau ibunya. Bahkan, setan yang berhasil menceraikan suami-istri, mendapat penghormatan yang tinggi di kalangan mereka.
Rasulullah sudah pernah berpesan, “Sesungguhnya Iblis meletakkan singgasananya di atas air kemudian ia mengirim tentara-tentaranya. Maka yang paling dekat di antara mereka dengan Iblis adalah yang paling besar fitnah yang ditimbulkannya. Salah seorang dari mereka datang seraya berkata: “Aku telah melakukan ini dan itu.” Maka Iblis menjawab: “Engkau belum melakukan apa-apa.” Lalu datang yang lain seraya berkata: “Tidaklah aku meninggalkan dia (manusia yang digodanya) hingga aku berhasil memisahkan dia dengan istrinya.” Maka Iblis pun mendekatkan anak buahnya tersebut dengan dirinya dan memujinya dengan berkata: “Sebaik-baik (anak buahku adalah) kamu.”
Al-A‘masy (perawi hadits ini) berkata: “Aku kira Rasulullah bersabda ketika itu: “Iblis merangkul dan memeluk anak buahnya tersebut.” (HR. Muslim no. 2813).
Al-Imam An-Nawawi menjelaskan Iblis bermarkas di lautan, dari situlah ia mengirim tentara-tentaranya ke penjuru bumi. Iblis memuji anak buahnya yang berhasil memisahkan antara suami dengan istrinya. Pujian itu diberikan karena kagum dengan upaya yang dilakukannya dan ia dapat mencapai puncak tujuan yang dikehendaki Iblis. (Syarh Shahih Muslim, 17/157).
Sadarlah, cerai adalah permainan iblis. Dan, duhai para istri ingat pesan Nabi ini. “Wanita mana saja yang minta cerai kepada suaminya tanpa sebab (syar’i) maka diharamkan baginya mencium wanginya jannah.” (HR. Ahmad 5/277. Dishahihkan Asy-Syaikh Al-Albani t dalam Ash-Shahihul Jami’ no. 2703)
Maka, jalan terbaik adalah terus mencoba untuk mencari titik temu. Semua perbedaan pandangan, gaya hidup, perilaku dan gaya komunikasi di rumah tangga, bisa disatukan. Kita yang satu darah, kakak beradik, saja sering bertengkar. Apalagi suami-istri yang sangat berbeda. Dan, biasanya setelah bercerai, betapa banyak mereka yang kemudian menyesal. Mereka justru melihat banyak sisi baik dari bekas suami atau istrinya itu, setelah bercerai.
* Wakil Pemimpin Redaksi Trans 7. Kumpulan tulisan inspiratif Pracoyo bisa dilihat di www.pracoyo.com
No comments: