Mas Alina Arifin/Teraslampung.com
Uniknya, Lampung Barat memiliki dua kota utama yang memiliki perbedaan iklim yang kontras, yaitu Kota Liwa yang berhawa sejuk dan Kota Krui yang panas. Liwa berikilim sejuk seperti Puncak, Jawa Barat, karena berada di dataran tinggi, sementara Krui panas karena merupakan daerah pantai.
Dengan ibukota di Liwa, Lampung Barat sebenarnya daerah baru. Kabupaten ini berdiri pada 16 Agustus 1991. Sebelumnya Lampung Barat termasuk bagian Kabupaten Lampung Utara. Lima belas tahun lalu, pendatang masih takut ke Lampung Barat karena hutannya masih sangat lebat dan jalan raya masih seperti tempat kubangan kerbau.
“Orang yang baru datang ke Lampung Barat akan merasa ngeri karena dulu sangat sepi dan banyak hutannya. Jalan raya beraspal baru dibuka setelah Gubernur Lampung dijabat Pudjono Pranyoto,” kata mantan Kepala Kekajsaan Negeri Liwa yang juga mantan Jaksa Agung Tindak Pidana Khusus (Jampidsus), Marwan Effendi, kepada Teraslampung, beberapa waktu lalu.
Kini Lampung Barat sudah jauh berbeda dengan lima belas tahun lalu. Meski tergolong daerah baru, Lampung Barat kini termasuk menjadi andalan Provinsi Lampung dalam pengembangan sektor pariwisata. Oleh Pemda Provinsi Lampung, Kabupaten Lampung Barat ditetapkan sebagai “golden triangle” pariwisata selain Gunung Krakatau di Kabupaten Lampung Selatan dan Taman Nasional Way Kambas di Kabupaten Lampung Timur.
Untuk mendukung pembangunan sector pariwisata Pemda Lampung Barat memberikan kemudahan perizinan kepada para investor. Itulah sebabnya, ada seorang warga Amerika Serikat yang sejak beberapa tahun lalu mengembangkan Pantai Biha dan Tanjung Setia sebagai arena surfing. Tiap hari libur kawasan itu menjadi surga bagi bagi wisatawan asing dan domestic untuk surfing.
Pilihan Pemda Lampung menjadikan Lampung Barat sebagai kawasan pengembangan parisiwata tak lepas dari potensi alam yang dimiliki Lampung Barat. Dengan luas wilayah 4.950,40 km2, sebanyak 70 persen atau sekitar 326.643 ha di antaranya adalah kawasan hutan atau kawasan nonbudidaya yang terdiri atas Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS); Hutan Lindung (HL); dan Hutan Produksi Terbatas (HPT).
TNBBS sangat terkenal di dunia setelah ditetapkan oleh Unesco sebagai warisan dunia, repong atau hutan dammar mata kucing dari Krui dikenal di Eropa sejak zaman kolonial Belanda, sementara produk kopi dari Lampung Barat menjadi andalan ekspor kopi Lampung sejak puluhan tahun lalu.
Kompleks wisata Danau Ranau-Lumbok Resort, Lampung Barat |
Dari luas Kabupaten Lampung Barat tersebut hanya 30% atau 171.247 ha yang merupakan kawasan budidaya yang dapat dikelola. Dan dari luas kawasan budidaya tersebut 44.000 ha adalah kawasan perkebunan, 75 persennya adalah lahan perkebunan kopi. Sisanya adalah lahan perkebunan kelapa sawit, kelapa, lada, kakau dan tanaman hortikultura serta tanaman hutan lainnya seperti damar, rotan dan kayu manis.
Menyadari sebagai daerah yang dipenuhi hutan, sejak tiga tahun lalu mendlarasikan diri sebagai “Kabupaten Konservasi”. Sebagai “Kabupaten Konservasi” mau tidak mau semua pembangunan di Lampung dilakukan berdasarkan pada pendekatan konservasi.
Bupati Lampung Barat Mukhlis Basri mengatakan komitmen untuk menjadikan Lampung Barat sebagai Kabupaten Konservasi dimaksudkan agar pembangunan fisik dan penyelamatan lingkungan hidup berjalan seiring.
“Semua warga Lampung Barat harus memiliki kesadaran yang sama untuk menyelamatkan alam sekitarnya. Kalau tidak, maka kelangsungan hidup mereka akan terancam karena faktanya sebagian besar kawasan Lampung adalah hutan. Bahkan, ada hutan yang sama sekali tidak bisa diolah, yaitu hutan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan,” kata Mukhlis Basri.
Mukhlis mengatakan pariwisata menjadi andalan Lampung Barat selain sektor perkebunan. Sentra wisata bahari terdapat di Pantai Tanjung Setia, Pantai Biha, Pantai Labuhan Jukung, dan Pantai Way Jambu. Semua pantai itu berpasir putih dan berombak besar karena langsung menghadap Samudera Hindia. Potensi wisata lain adalah Danau Ranau, Gunung Seminung, Gunung Pesagi, arung jeram di Sungai Way Besai, kebun damar, dan wisata buru di Tanjung Belimbing.
Mukhlis mengatakan jarak yang jauh dari Kota Bandarlampung menjadi salah satu kendala pengembangan wisata di Lampung Barat. Dari Kota Bandarlampung perlu waktu sekitar 6 jam untuk menuju Lampung Barat dengan perjalanan darat.”Tapi kini kami bersama Pemda Provinsi Lampung sedang membangun Bandar Udara Pekon Serai. Dua tahun lagi kami targetkan bandara itu akan jadi sehingga bisa mempermudah akses bagi wisatawan,” kata Mukhlis Basri.
No comments: