![]() |
Prabowo |
"Kalau dilihat tren yang ada, Jokowi cenderung melemah dan Prabowo menguat. Dua bulan ke depan Jokowi bisa dikalahkan Prabowo bila salah memilih pasangan dan salah menerapkan strategi kampanye," kata peneliti Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) Sirojudin Abbas, di Jakarta, Minggu (4/5), sebagaima diungkap Suara Pembaruan.
Sirojudin mengatakan pada lima bulan terakhir elektabilitas Jokowi mengalami penurunan. Sebaliknya, Prabowo mengalami peningkatan. Penyebab turunnya suara Jokowi karena popularitas yang bersangkutan mentok di angka 62%, sedangkan capres lain mulai bekerja sehingga suara untuk Jokowi terpecah.
"Jokowi itu pada Maret 2014 mencapai 56%, sedangkan Prabowo 27%. Tapi April 2014 Prabowo naik hingga 36%, Jokowi turun jadi 52%. Jadi kalau masih dua bulan lagi Jokowi dan Prabowo bisa sama nanti," katanya.
Tidak hanya Jokowi, suara capres lainnya yakni, Aburizal Bakrie (ARB) yang diusung Golkar juga terus menurun bahkan di bawah perolehan suara yang diraih Golkar pada pemilu legislatif (Pileg).
Dengan demikian, jika tiga pasangan tersebut yang nantinya bertarung, pilpres berpotensi digelar dua putaran. Alasannya, berdasarkan simulasi yang dilakukan pihaknya, belum ada pasangan capres-cawapres yang mendapat suara mayoritas di atas 50%. Dan, pada putaran kedua nanti yang bertarung adalah Jokowi melawan Prabowo.
"Tidak bisa satu putaran berdasarkan survei saat ini. Yang maju pada putaran kedua September nanti Jokowi versus Prabowo. Jadi tinggal kita lihat posisi cawapres keduanya yang menentukan," jelasnya.
No comments: