» » » Sekubal, Makanan Khas “Ulun” Lampung




Isbedy Stiawan ZS/Teraslampung.com

 


Sekubal, kuliner khas Lampung
  
Bandarlampung—Ramadhan hanya tinggal hitungan hari. Penganan khas akan muncul kembali dijual di pasaran; seperti kurma, lamang tapai, juga sekubal.

Sekubal adalah panganan atau kuliner khas masyarakat Lampung, baik dari keadatan saibatin maupun pepadun. Selain sebagai penganan sewaktu Ramadhan, sekubal juga sangat diminati warga sebagai sajian Lebaran.

Sejumlah warga di Bandarlampung, mengaku masih mempertahankan tradisi membuat dan menyiapkan sekubal sebagai salah satu menu saat berbuka puasa ataupun saat berlebaran.

Tetapi, bukan berarti sekubal tidak bisa dinikmati pada hari-hari selain Ramadhan dan Lebaran. “Nenek Sekubal” orang biasa menyapa seorang ibu, warga Jalan Imam Bonjol Gang Batu Alam, Langkapura, Bandarlampung.

Nenek Sekubal ini khusus membuat sekubal dan menjajakannya setiap hari. Setiap hari ia bisa memasak sekubal sekira 20 kg. Ia juga kerap diminta membuat sekubal pada saat warga etnis Lampung begawi adat (menggelar adat).

“Saya pernah dipesan satu kuintal lebih sekubal untuk gelar adat,” kata dia, saat ditemui di rumkahnya di Gang Batu Alam.

Menurut Nenek Sekubal, membua sekubal harus telaten, kalau tidak ingin hasilnya tidak memuaskan. “Kalau hasilnya memuaskan. Pembeli juga senang," katanya.

Nenek Sekubal memngaku setiap bulan Ramadhan, ia biasa membikin sekubal lebih banyak dari hari-hari sebelumnya. Apalagi, anak dan menantunya ikut membantu menjajakan sekubal di samping membuka lapak di tepi Jalan Imam Bonjol, Bandarlampung.

Kalau menjelang Lebaran, diaku dia, biasanya sudah dipesan jauh-jauh hari khususnya warga Bandarlampung yang hendak mudik ke Pulau Jawa. “Mungkin untuk oleh-oleh makanan khas Lampung, mereka bawa saat pulang ke Jawa,” kata Nenek Sekubal ini lagi.

Buah tangan sekubal ini memang disukai masyarakat di luar Lampung. Hal ini diakui Wadyo, warga Bandarlampung yang mudik ke Solo tiap Lebaran. Karena itu, warga Bataranila ini selalu membawa sekubal jika mudik ke Solo.

Sekubal yang mulai dibuat lima hari sebelum Lebaran dapat bertahan hingga sepekan. Pembuatan makanan ini membutuhkan waktu sekitar 10 jam. Caranya, ketan yang telah diberi santan dibungkus dengan daun pisang dan dikukus.

Selain untuk Lebaran, makanan khas ini ditemukan saat acara-acara adat masyarakat Lampung tradisional seperti perkawinan, khitanan, dan begawi adat. Sedangkan pada hari biasa lumayan sulit menemukan makanan tersebut.

Sekubal, penganan khas ulun Lampung
Karena terbilang rumit dan membutuhkan ketelatenan ekstra, sudah jarang orang Lampung yang dapat membuat sekubal. Nilawati, pembuat sekubal, mengatakan, saat ini, warga Lampung lebih suka memesan sekubal pada para pembuatnya sehingga ia mendapat banyak pesanan untuk Lebaran.

Sekubal dibuat berbahan dasar beras ketan ditambah santan secukupnya, dengan proses pembuatannya selama 8 jam hingga 10 jam. Pertama merendam, menanak, mencetak, dan mengemasnya di atas daun pisang yang digulung.

Setelah dibungkus rapi, agar lebih enak dan benar-benar matang, sekubal kembali dimasak hingga empat jam untuk mendapatkan rasa lebih enak, makin legit dan gurih.
Bentuk sekubal hampir serupa dengan lepat, walaupun cara pembuatannya berlainan, sehingga rasa khasnya juga berbeda.

Beras ketan itu ditanak hingga matang dan saat masih panas, ketan tersebut dibentuk bundar-bundar kemudian diletakkan di atas daun untuk dibungkus dan diikat kencang dalam satu gulungan.

Gulungan-gulungan sekubal itu lalu dikukus atau direbus maupun dibakar sesuai selera pembuatnya, dan setelah matang dapat disimpan atau disajikan dengan lauk seperti opor ayam, rendang, ayam goreng plus sayur yang diinginkan.

Resep Membuat Sekubal ketan lapis
Bahan-bahan yang dibutuhkan untuk membuat kue ketan lapis
•    Garam secukupnya
•    1 kg ketan, cuci bersih, kukus
•    Santan dari 1 butir kelapa, rebus hingga berminyak
•    Daun pisang

Cara Membuatnya:
1.    Ambil ketan dan kukus, kemudian Ketan yang sudah dikukus di letakkan dalam wadah,
2.    Sirami santan dan beri sedikit garam.
3.    Kukus lagi hingga matang.
4.    Cetak dengan cetakan yang berukuran 16 cm tebal 1 cm.
5.    Bungkus dengan daun pisang dan lalu susun berlapis-lapis, dan ikat dengan tali.
6.    Rebus kurang lebih selama 2 jam. Angkat dan siap disajikan.



sumber: Aseli Lampung, LTV, dan berbagai sumber



«
Next
Newer Post
»
Previous
Older Post

No comments:

Leave a Reply