Maria sangat sedih menyaksikan anaknya
mati di kayu salib tanpa celana
dan hanya berbalutkan sobekan jubah
yang berlumuran darah.
Ketika tiga hari kemudian Yesus bangkit
dari mati, pagi-pagi sekali
Maria datang ke kubur anaknya itu,
membawa celana yang dijahitnya sendiri
dan meminta Yesus mencobanya.
“Paskah?” tanya Maria
“Pas sekali, Bu,” jawab Yesus gembira.
Mengenakan celana buatan ibunya,
Yesus naik ke surga
2004
Selain puisi Celana Ibu, Joko Pinurbo juga menciptakan sebuah puisi dengan idiom celana. Sama 'uniknya' dengan puisi di atas:
CELANA
Ia ingin membeli celana baru
buat pergi ke pesta
supaya tampak lebih tampan
dan meyakinkan
Ia telah mencoba seratus model celana
di berbagai toko busana
namun tak menemukan satu pun
yang cocok untuknya
Bahkan di depan pramuniaga
yang merubung dan membujuk-bujuknya
ia malah mencopot celananya sendiri
dan mencampakkannya
“Kalian tidak tahu ya,
aku sedang mencari celana
yang paling pas dan pantas
buat nampang di kuburan.”
Lalu ia ngacir
tanpa celana
dan berkelana
mencari kubur ibunya
hanya untuk menanyakan,
“Ibu, kausimpan di mana celana lucu
yang kupakai waktu bayi dulu?”
(1996)
--
Joko Pinurbo, akrab dipanggil Jokpin, lahir di Pelabuhan Ratu, Sukabumi, Jawa Barat, 11 Mei 1962. Karya-karya puisinya merupakan campuran antara naratif, ironi dan refleksi diri. Ia lulus dari jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia IKIP Sanata Dharma, Yogyakarta. Ia pernah menjadi redaktur Basis, Gatra, dan Sadhar terbitan IKIP Sanata Dharma, mengajar di almamaternya dan terakhir bekerja di PT Grasindo cabang Yogyakarta.
Jokpin mulai menulis puisi pada usia akhir 20-an walaupun ia telah membaca puisi-puisi Indonesia sejak remaja. Dalam menulis puisi, ia kerap mencampur antara realitas dengan impian, hikmat dengan unsur-unsur komik, si angkuh dan si pejalan kaki, yang semua itu dapat ditemukan dalam satu baris dan diucapkan dalam satu hembusan napas. Citra reliji dapat tampil berdampingan dengan komentar-komentar berbau sosial politik pun percakapan yang intim.
Beberapa karya puisi Joko Pinurbo tampaknya merupakan parodi dari tradisi puisi Indonesia. Selain itu ia juga gemar menggunakan pencitraan yang kelihatannya klise yang jarang ditemukan dalam puisi Indonesia, misalnya pengacuannya pada objek-objek yang biasa ditemukan sehari-hari seperti sarung, telepon genggam, kamar mandi, celana panjang merupakan ciri khas dari karya-karya Joko Pinurbo. Karya-karya Jokpin antara lain: Celana, IndonesiaTera, Magelang, 1999, Di Bawah Kibaran Sarung, IndonesiaTera, Magelang, 2001, Pacarkecilku, IndonesiaTera, Magelang, 2002, Telepon Genggam, Kompas, Jakarta, 2003, Kekasihku, Kepustakaan Populer Gramedia, Jakarta, 2004; Pacar Senja: Seratus Puisi Pilihan, Grasindo, Jakarta, 2005; Kepada Cium, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2007; Celana Pacarkecilku di Bawah Kibaran Sarung, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2007 [1]
Tahilalat, Omahsore, Yogyakarta, 2012; Haduh, aku di-follow, Kepustakaan Populer Gramedia, Jakarta, 2013 [kumpulan puitwit [puisi-twitter] @jokopinurbo]; Baju Bulan: Seuntai Puisi Pilihan, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2013.
Selain puisi, Joko Pinurbo juga menulis esai. Karya-karyanya dipublikasikan di berbagai majalah dan surat kabar, a.l.: Horison, Basis, Kalam, Citra Yogya, Jurnal Puisi, Mutiara,Suara Pembaruan, Media Indonesia, Republika, Kompas dan Bernas. Sajak-sajaknya juga dimuat pula dalam berbagai antologi, a.l.: Tugu (1986), Tonggak (1987), Sembilu (1991), Ambang (1992), Mimbar Penyair Abad 21 (1996), Utan Kayu Tafsir dalam Permainan (1998).
Sebagai apresiasi terhadap karya-karyanya, Joko Pinurbo telah mendapatkan banyak penghargaan, beberapa di antaranya yaitu pada tahun 2001 ia memenangi Penghargaan Buku Puisi Terbaik Dewan Kesenian Jakarta, Hadiah Sastra Lontar, dan Sih Award (Penghargaan Puisi Terbaik Jurnal Puisi) dan ia juga terpilih sebagai tokoh sastra versi majalahTempo. [4] Selain itu Joko Pinurbo juga meraih penghargaan The Khatulistiwa Literary Award pada tahun 2005 lewat buku Kekasihku. [5] Dalam lingkup internasional, Joko Pinurbo pernah diundang untuk membaca puisi di Festival Puisi Antarbangsa Winternachten Over-zee 2001 di Jakarta, Festival Sastra/Seni Winternachten 2002 di Belanda, Forum Puisi Indonesia 2002 di Hamburg, Jerman, dan Festival Puisi Internasional-Indonesia 2002 di Solo. (sumber: wikipedia)
No comments: