» » » Lampung: Jejak itu Begitu Panjang

Oyos Saroso HN/Teraslampung.com

Prasasti Batu Bedil di Kabupaten Tanggamus
Jejak sejarah Lampung juga bisa ditelusuri dari penemuan sejumlah prasasti. Dari Prasasti Palas Pasemah di Lampung Selatan dan Prasasti Batu Bedil di Kabupaten Tanggamus, misalnya, dapat diketahui bahwa pada abad ke-8 Lampung berada di bawah kekuasaan Kerajaan Sriwijaya.

Aneka peninggalan bersejarah dalam bentuk tulisan menunjukkan bahwa Lampung memiliki budaya tinggi. Penemuan itu membuktikan bahwa orang Lampung sejak zaman dulu kala sudah mengenal baca dan tulis. Bukti lain bahwa orang Lampung sejak zaman dulu sudah mengenal baca-tulis adalah dengan dimilikinya aksara Lampung (Kha-ga-nga). Para ahli berpendapat bahwa aksara Lampung berasal dari perkembangan aksara Dewdatt Deva Nagari (aksara Devanagari) dari India. Aksara-aksara tersebut berbentuk suku kata seperti aksara Jawa (Ha-na-ca-ra-ka).

Dengan masuknya Islam ke Lampung pada sekitar abad XVI, yaitu saat bertahtanya Sultan Hasannudin (1522-1570), tradisi membaca dan menulis itu terpelihara dengan baik dalam bentuk tulisan berhuruf Arab dan Kaghanga.

Situs Pugungraharjo (dok worth-roads)
Karena kekayaan alamnya yang melimpah ruah, terutama berupa rempah-rempah, pada zaman dulu Lampung menjadi rebutan dua kerajaan besar, yaitu Kerajaan Sriwijaya dan Kasultanan Banten.  Kedua kerajaan itu saling berebut pengaruh. Tujuannya bukan sekadar untuk menjadikan Lampung sebagai bagian dari kedua kerajaan tersebut kerajaan-kerajaan itu, tetapi terutama untuk menguasai rempah-rempah dan aneka hasil hutan.

Pada saat Sultan Ageng Tirtayasa  berkuasa di Kasultanan Banten (1651—1683) Belanda berusaha  mengadu domba putra Sultan Ageng bernama Sultan Haji. Tujuannya tak lain untuk menguasai Banten. Sultan Haji yang terpikat oleh bujuk rayu VOC akhirnya justru membantu Belanda untuk melawan ayahnya sendiri. Sebagai balas jasa, Sultan Haji menyerahkan daerah Lampung kepada Belanda.

Pada 7 April 1682 Sultan Ageng Tirtayasa disingkirkan.Sultan Haji. Sultan Haji kemudian diangkat Belanda menjadi Sultan Banten menggantikan ayahnya. Perundingan antara VOC dengan Sultan Haji menghasilkan Piagam tertanggal 27 Agustus 1682 yang antara lain berisi pengawasan perdagangan rempah-rempah atas daerah Lampung diserahkan oleh Sultan Haji kepada VOC. Dengan begitu, VOC sekaligus memiliki hak monopoli perdagangan di daerah Lampung.

Belanda pun akhirnya leluasa menguasai Lampung. Sejak tahun 1857 perkebunan mulai dikembangkan yaitu dengan menanam tembakau, kopi, karet, dan kelapa sawit. Untuk kepentingan pengangkutan hasil-hasil perkebunan itu, pada 1913 Belanda membangun jalan kereta api dari Teluk Betung menuju Palembang. Menjelang Indonesia merdeka sampai zaman perjuangan fisik mengusir penjajahan Belanda dan Jepang, para pejuang Lampung menunjukkan kegigihannya untuk membela Tanah Airnya.

«
Next
Newer Post
»
Previous
Older Post

No comments:

Leave a Reply