» » Mengenal Sastrawan Dunia (2)

Iswadi Pratama

Charles Bukowski (thelegraph.co.uk)
Bukowski sering berbicara tentang Los Angeles sebagai subjek favoritnya. Pada interview 1974 ia berkata, "kau tinggal di sebuah kota dengan seluruh kehidupanmu dan kau mengetahui setiap hal kecil di sudut-sudut jalan dan kau telah berlumur dengan sebagian dari semua itu. Kau telah memahami tata ruang dari seluruh daratan itu. Kau memiliki gambar di mana kau berada....sejak saya muncul di LA....saya selalu memiliki perasaan batiniah dan gegografis dengan berada di sana. Saya telah menghabiskan waktu untuk mempelajari kota ini, saya tidak bisa melihat tempat lain selain L.A.”
Satu kritik telah menggambarkan fiksi Bukowski sebagai “gambaran detil dari tabu tertentu tentang fantasi laki-laki; bujangan yang menganggur, anti sosial, dan sepenuhnya bebas,” adalah citra yang ia coba hidupi dengan beberapakali ritual pembacaan puisi publik dan prilaku pesta yang urakan.
Karya-Karya Bukowski:

Novel

Kantor Post (1971)
Pelayan yang Jujur (1975)
Perempuan (1978)
Penyiar Amatir di Rye (1982)
Hollywood (1989)
Ampas (1994)

Koleksi Puisi

Bunga, Kepalan Tangan, dan Ratapan Binatang (1960)
Sajak-sajak dan Gambaran (1962)
Yang Menangkap Hatiku dalam Tangannya (1962)
Berlari Sambil Memburu (1963)
Teror Jalanan dan Cara Menderita (1968)

Berikut ini dua buah puisinya:

Tantangan pada Kegelapan

Ledakan pada mata
Ledakan pada benak
Ledakan pada dubur
Ledakan seperti setangkai bunga dalam tarian

Tentang Temanku yang Sangat Tersiksa, Peter

Ia hidup di sebuah rumah dengan kolam renang
dan berkata pekerjaan
membunuhnya.
Ia berumur 27. Aku 44. Aku tidak terlihat bisa
menyainginya. Novelnya selalu lahir
“Apa yang kau harapkan untuk kulakukan?” teriaknya
“Pergi ke New York dan betot tangan para penerbit?”

“tidak,” kataku padanya, “tapi tinggalkan pekerjaanmu, pergilah
ke ruang kecil dan lakukan sesuatu”.
“tetapi aku perlu ASURANSI, Aku perlu sesuatu untuk
bekal pergi, kata-kata, tanda-tanda!”
“Beberapa orang tidak memikirkan cara itu:
Van Gogh, Wagner—”
“ah masak, Van Gogh memiliki saudara yang memberinya
lukisan kapan pun Ia
memerlukan semua itu!”

“lihat,” katanya, “Saya di rumah yang luas ini hari ini dan
orang ini melangkah di dalamnya. Seorang Sales. Kau tahu
bagaimana mereka berkata. Melaju di dalam mobil baru ini
bicara tentang liburannya. mengatakan ia telah pergi ke
Frisco—melihat Fidelio di sana tetapi lupa siapa
menulis itu. Kini orang ini berumur 54 tahun
Jadi saya katakan padanya: ‘Fidelio cuma
Opera Beethoven. Dan kemudian aku katakan
padanya : “kau kaget!” “Maksudnya apa?” Ia
bertanya.
“Maksudku, kau kaget, kau berumur 54 tahun dan
kau tidak tahu apa pun!”

“apa yang terjadi kemudian?”
“Aku ngeloyor pergi”
“Maksudmu kau meninggalkannya di sana dengan
perempuan itu?”
“ya.”

“Aku tidak bisa meninggalkan pekerjaanku,” katanya.
“Aku selalu punya masalah untuk mendapatkan
Pekerjaan.” Aku melangkah ke dalam, mereka melihat ke arahku,
Mendengarkanku berbicara dan mereka memikirkan cara yang benar,
ah ha! dia terlalu pintar untuk pekerjaan ini, ia tidak ingin tinggal
sungguh-sungguh tak ada rasa mendengarkannya

kini, KAU berjalan ke tempat itu dan kau tidak punya masalah apa pun
kau terlihat seperti wino tua, kau tampak seperti seorang yang butuh
pekerjaan dan mereka melihatmu dan berpikir:
ah ha!: sekarang di sinilah orang yang sungguh butuh kerja! Bila kita mengupahnya ia
akan tinggal lama dan bekerja
GIAT!”

“tidak seorang pun dari mereka,” ia bertanya “tahu bahwa kau adalah
penulis, bukankah kau menulis puisi?”
“tidak”.

“kau tak pernah mengatakan
Itu. Bahkan tidak padaku!
Jika aku tidak pernah melihatmu di dalam majalah
Aku tidak akan pernah tahu.
“itu benar.”
“meskipun begitu, Aku senang menceritakan pada semua orang bahwa kau adalah
Penulis.”
“Aku tetap senang untuk
memberitahu mereka”
“Kenapa?”
“Yaah, mereka berkata tentangmu. Mereka berpikir kau hanya
seorang penunggang kuda dan pemabuk.”
“Aku adalah keduanya.”
“Jadi, mereka berkata perihal kau. Kau punya cara yang aneh.
Kau menjelajah sendirian.
Aku satu-satunya teman yang kau
miliki.”
“ya.”
“Mereka mengolok-olokmu. Aku akan membelamu.
Aku akan mengatakan pada
mereka kau menulis
puisi.”
“Acuhkan soal itu. Aku bekerja di sini seperti mereka
bekerja. Kita semua sama.”
“yah, aku akan lakukan itu untuk diriku sendiri nanti. Aku ingin mereka tahu mengapa
aku mengembara dengan
kau. Aku berbicara 7 bahasa, Aku tahu musikku—“
“lupakan itu”
“baiklah, Aku akan hormati kebijaksanaamu.
tetapi ada satu hal—“
“apa?”
“Aku sedang berpikir mendapatkan sebuah
piano. Tetapi kemudaian Aku juga memikirkan mendapatkan sebuah
namun tak dapat kubereskan pikiranku!”
“membeli sebuah piano.”
“kau pikir
begitu?”
“ya.”

ia berlalu
memikirkan soal itu

Aku telah memikirkan hal itu
juga: Aku sosok dimana ia bisa selalu datang dengan
biola dan mendengarkan lebih banyak musik yang sedih.

Penerjemah: Iswadi Pratama

«
Next
Newer Post
»
Previous
Older Post

No comments:

Leave a Reply