Oyos Saroso HN
Karto Celeng akhir-akhir ini populer. Gambarnya terpasang di mana-mana. Di tembok rumah orang (bukan rumah monyet), di ruko, di depan gang becek, dan di pohon-pohon besar pinggir jalan. Wak Demang Tanggamus alias Hendrawan Walhi nyap-nyap seribu kali sambil teriak-teriak dengan toa di Tugu Gajah,Bandarlampung. Namun, Karto Celeng bergeming.
“Ingin memperbaiki nasib! Masa hiya berpuluh tahun jadi juragan kulit sapi!” Karto Celeng ngegas ketika Mat Kenthus bertanya alasan Karto berani mendaftar jadi calon anggota legislatif.
“Oh...” Mat Kentus melongo. “Saya kira sampeyan mau ingin berjuang dan berbakti demi bangsa dan negara. Kalau cuma mau memperbaiki nasib sih gampang saja Kang! Sebagai Karto Celeng, sampeyan pasti dihitung semua calon gubernur. Nah, manfaatkan posisi itu!”
“Posisi yang mana?”
“Ya posisi sampeyan sebagai Karto Celeng yang juragan kulit sapi! Sampeyan bisa jadi TS ring satu dan dapat hadiah mobil lus musssssss.... ”
“Hahahaha...lolo kamu ini ya! Pekok! Sapi itu sekarang enggak laku dijual gara-gara Vitalia Sesha!”
“Lho...kok gadis cantik mbak plekenut seperti Vitalia Sesha sampeyan salahin?”
“Ya iyalah... gara-gara Vitalia Sesha itulah rahasia sapi terbongkar!”
“Jadi, sekarang apa dong yang Kang Karto ‘jual’ agar laku dan dipilih calon pemih di bilik te-pe-es?” tanya Mat Kenthus.
“Ya enggak ada. Enggak jualan saja saya sudah untung!”
“Kok bisa?”
“Ya... soalnya saya maju jadi caleg ini tanpa modal! Semua dana untuk memesan baliho, spanduk, poster sama Agus Sahlan Mahbub, Ilwadi Perkasa, dan Hermansyah, pasang iklan di koran dan tipi berasal dari Mak Brengoh dan Raden Mas Wel Geduwel Beh. Sudah saya hitung, nanti saya kepilih atau enggak kepilih masih untung sekitar Rp 2 miliar! Kalau enggak percaya tanya tuh Kyai Sudrun!”
“O.............” Mat Kenthus melongo lagi.
***
Karto Celeng lahir pada Rabu Pon, musim kemarau, zaman paceklik panjang, pada saat ayahnya sedang berburu celeng. Nama sebenarnya Sukarto Wijoyo bin Suro Ngampleh. Karena Mbah Suro di kampungnya terkenal sebagai tukang berburu celeng—sejak kecil Karto sering ikut berburu, seperti penyair Ari Pahala Hutabarat ikut ayahnya berburu di Sumatera Selatan sana—maka Karto sejak remaja sudah dijuluki Karto Celeng.
Ketika kawan-kawannya giat belajar dan berlomba-lomba sekolah yang tinggi, Karto Celeng kerjanya cuma mabuk-mabukan dan menggoda gadis-gadis pulang mengaji. Saat kawannya sudah menjadi juragan besar, Karto baru merintis usaha sebagai penjual pisang di pojok Pasar Smep Bandarlampung.
Sepuluh tahun terakhir Karto tekun jadi juragan kulit sapi. Kulit sapi yang dikumpulkan dari para jagal di musim Lebaran Haji biasanya disamak sendiri oleh Karto. Ia kumpulkan kulit-kulit itu dari seantero Lampung, Sumatera Selatan, Bengkulu, dan Jambi.
Kini rumah Karto sudah lumayan menterang. Pergaulannya pun luas.Ia kenal banyak politikus. Mulai politikus betulan sampai politikus apus-apus alias politikus tukang ngapusi bin tukang tipi. Nah, ketika musim Pemilu 2014 datang, tiba-tiba ada politikus betulan menghampiri Karto dan menawari menjadi caleg Partai Tak Kan Lari Gunung Dikejar.
Karena sudah ada yang memodali, Karto Celeng tidak perlu pusing soal ongkos politik. Ia santai-santai saja. Karto tetap menjalankan roda bisnisnya. Ia tenang bin santai karena sudah mendapatkan tip jitu untuk sukses jadi anggota Dewan. Tip itu konon sudah teruji pada beberapa kali musim Pemilu.
Inilah tip yang didapatkan Karto Celeng agar sukses duduk di kursi Dewan yang ruangnya suejuk:
1. Berdoa kepada Tuhan YME
2. Tetap tenang dan sabar
3. Menyiapkan uang yang banyak (tentu ini tidak jadi masalah besar karena sudah disiapkan Mak Brengoh dan Raden Mas Geduwel Beh).
4. Tidak pelit terhadap para penyelenggara pemilu mulai tingkat KPPS, KPU Kota, KPU Provinsi. Termasuk tidak pelit kepada pengawas pemilu dan para wartawan bergajul.
4. Tidak pelit terhadap para penyelenggara pemilu mulai tingkat KPPS, KPU Kota, KPU Provinsi. Termasuk tidak pelit kepada pengawas pemilu dan para wartawan bergajul.
4. Lebih sering tersenyum ketimbang merengut supaya dikira ramah.
5. ..... (bagian ini sampai bagian ke-100 disensor karena berbahaya, bisa dicatat dan jadi panduan para caleg yang saat ini fotonya berbaris di pohon-pohon besar).
Baca Juga: Hantu Gula
5. ..... (bagian ini sampai bagian ke-100 disensor karena berbahaya, bisa dicatat dan jadi panduan para caleg yang saat ini fotonya berbaris di pohon-pohon besar).
***
Baca Juga: Hantu Gula
No comments: