Selain dapat menikmati eksotisme “tarian” lumba-lumba, di sekitar Teluk Kiluan para wisatawan juga bisa mengintip penyu sisik (Eretmochelys imbricate) dan penyu hijau (Chelonia mydas) naik ke darat. Penyu-penyu itu akan menggali lubang di pasir, bertelur, lalu menimbun ratusan telurnya dengan pasir.
Tidak sembarang waktu kita bisa mengintip penyu bertelur. Biasanya penyu-penyu itu akan naik ke darat dan bertelur saat bulan purnama atau tanggal 14-15 pada penanggalan Jawa. Untuk bisa mengintip penyu bertelur wisatawan harus rela bermalam di tenda atau menginap di rumah-rumah penduduk dengan harga murah. Penduduk sekitar pun akan dengan suka rela menjadi pemandu untuk mengintip penyu bertelur.
CITES telah memasukkan kedua jenis penyu tersebut dalam Appendix I yang melarang segala bentuk perdagangan penyu di dunia. IUCN Redlist 2004 memasukkan penyu hijau dalam kategori kritis (endangered). Sedangkan Penyu Sisik menurut IUCN redlist menempati peringkat paling terancam (critically endangered).
Pantai Pasir Putih, sekitar 3 km dari Teluk Kiluan, merupakan tempat pendaratan penyu hijau (Chelonia mydas) dan penyu sisik (Eretmochelys imbricata). Pasir Putih merupakan pantai yang sangat eksotis dan masih perawan, dengan kondisi pantai berpasir lembut dengan kemiringan pantai 150 – 250.
Di Pantai Pasir Putih setidaknya ada enam titik pendaratan penyu. Di sanalah biasanya penyu-penyu itu bertelur lalu menimbun telur-telurnya. Selain manusia, ancaman terbesar telur penyu adalah biawak (Varanus sp).
Sebelum tahun 2003, perburuan penyu marak dilakukan oleh pemburu penyu asal Flores dan Bali. Setiap bulan pemburu asal Flores dan Bali bisa membawa ratusan ekor penyu ke Bali. Sejak adanya tiga orang pemburu penyu asal Flores ditangkap dan diadili di PN Tanjungkarang pada akhir tahun 2003 lalu, kini penyu-penyu itu hidup aman.
Perburuan penyu berlangsung di Teluk Kiluan, pesisir barat Lampung, Teluk Lampung, hingga ke arah Krui di bagian utara (Lampung Barat). Teluk Kiluan menjadi lokasi penampungan sementara penyu sebelum dibawa ke Bali. Karena pengetahuan masyarakat tentang penyu dilindungi itu masih terbatas, sampai kini masih ada penduduk Desa Kiluan yang mengambili telur penyu di Pantai Pasir Putih di Desa Kiluan.
Biasanya penduduk Kiluan mengambil telur penyu untuk dimakan. Telur penyu didapatkan dengan menggali lubang yang berisi telur yang telah ditinggalkan induknya. Penduduk juga sering menunggu penyu mendarat pada waktu malam supaya tidak keduluan orang lain yang punya maksud sama untuk mengambil telur. Telur sebesar bola ping-pong tersebut dimakan dengan terlebih dahulu direbus.
Alasan utama penduduk memakan telur penyu karena rasanya yang enak, juga berprotein tinggi. Menurut Amin, ketua RT Dusun Bandung Jaya, sebagian penduduk telah mengetahui telur penyu dilarang diambili.
Keinginan warga setempat untuk mencari alternatif sumber protein membuat penduduk sering mengabaikan larangan tersebut. Maka, penyadartahuan fungsi konservasi penyu perlu dilakukan bagi masyarakat Kiluan. Namun, lebih berhasil apabila diikuti dengan pencarian alternatif sumber protein karena penduduk jarang sekali mengonsumsi telur ayam atau daging. (Oyos Saroso H.N./LampungReview)
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Kopi Pagi
Social Icons
Popular Posts
- Dayang Rindu, Cerita Rakyat yang Terlupakan
- "Showroom Sapi" di Lampung Tengah: Kemitraan Wujudkan Mimpi Parjono
- Van der Tuuk, Pahlawan Bahasa (Lampung) yang Dilupakan
- Buku 33 Tokoh Sastra Indonesia Paling Berpengaruh, Jamal D. Rahman: "Reaksinya Terlalu Berlebihan.."
- Gua Maria Padang Bulan, "Lourdes Van Lampung"
- Panjang, Dermaga Penyeberangan Pertama di Lampung
- Menjadi Pelatih Pelawak
- Pagar Dewa dan Cerita-Cerita Lain
- Sejarah Transmigrasi di Lampung: Mereka Datang dari Bagelen
- Saya Sudah Kembalikan Honor Puisi Esai dengan Permintaan Maaf
No comments: