» » » Mengintip Proses Kreatif Sebuah Puisi


Aang Jasman





DI pagi seperti ini, kemarin, aku ke rumah penyair Remmy Novaris DM dengan kombinasi perjalanan naik angkot dan jalan kaki.

Sambil sibuk mengerjakan cetakan kumpulan puisi milik teman-teman, Remmy menyempatkan berbagi cappuccino panas dan tentu saja seputar puisi yang telah menjadi oksigen buat hidup kami.

Percakapan ngalor-ngidul berunjung soal kereta api. Kami memang tengah berhayal ingin ke Surabaya terus ke Bali.

"Ya asyik juga tuh semalaman tertidur sambil duduk," ujar Remmy.

"Sekiranya seperti di Prancis, ada gerbong tidur, pasti leher takkan pegal," gerutuku. "Aku pernah naik kereta api cepat Paris-Marseilles dan semalam tidur nyenyak seperti dalam ayunan."

"Wah bagus tuh dijadikan puisi," sergah Remmy, "Paris-Marseilles semalaman dalam kereta."

Dengan spontan imajiku menanggapi, dan kenang pun menguak benak.

Dalam kereta malam Paris-Marseilles
menggigir cuaca dingin yang berlarian
tanpa bulan, langit berkerudung kabut
aku lelap diayun roda kereta
dan pagi di stasiun Marseilles angin Mediterania
dalam arus bukit-bukit lavender
merentangkan tangannya sambil tersenyum
lalu memelukku, "Bienvenue, Ang
.

Aku berhenti menarik napas, kami bersitatap, lalu sama-sama tergelak.

"Spontan saja, biarkan kata-kata menjemput imaji," ujar Remmy.

Aku mengangguk. Mengiyakan.

"Seperti kita menarik kertas tissu dari kotaknya ya," kataku.

Kami tertawa lagi, lalu berbagi senyum. Kereta dari arah Bogor muncul dari arah Selatan. Di stasiun Pasar Minggu kami naik ke gerbong ber-AC bersicepatnya menghindari panas yang menyengat.


Sabtu, 17 Mei 2014


*) Ditukil dari status facebook Aang Jasman, hari ini (Sabtu, 17/5), judul oleh redaksi Teraslampung.com



«
Next
Newer Post
»
Previous
Older Post

No comments:

Leave a Reply