» » Pemilu, Kuda, Monyet, dan Bebek

Oyos Saroso H.N.

Kartun karya Sudi Purwono
Waktu saya berusia 2-3 tahun kakek saya punya seekor kuda. Kakek sering keliling kampung naik kuda. Saya bangga meliha kakek yang sudah beramput putih naik kuda.

Ketika saya mulai sekolah dasar, kakek memelihara seekor kera. Kami suka melihat kera saat dia makan pisang. Kera itu jinak. Tapi kami sering takut juga jika kera meringis dan membuka mulutnya lebar-lebar.

Ketika saya kelas 2 SD,kakek memelihara bebek. Saya suka kakek punya bebek banyak,karena saya bisa menikmati telur bebek tiap pagi. Memungut telur bebek yang baru 'dilahirkan' bebek betina merupakan sebuah keasyikan tersendiri.

Di antara tiga hewan yang pernah dipelihara kakek, hanya bebek yang pernah saya pelhara. Dulu, pada tahun 1994-1995 saya memelihara beberapa puluh ekor bebek di kampung kakak saya. Kala itu saya sudah pandai membuat telur asin dan menjualnya kepada para tetangga. Telur asin buatan saya tidak kalah dengan telur asin khas Brebes yang harga per butirnya lumayan mahal itu.

Kala itu  saya  sudah punya kepekaan ukuran pas untuk membuat telur asin yang gandem-marem bin mak nyus. Kuncinya adalah ketepatan ukuran adonan abu gosok, semen dari bubuk batu bata merah, dan garam. Sayangnya,keponakan saya tidak ada yang hobi memelihara bebek,sehingga ketika saya tinggal ke Jakarta bebek-bebek peliharaan saya merana dan tidak mau bertelur.

Menjelang pemilu,saya tiba-tiba ingat hewan-hewan peliharaan kakek. Itu karena ada capres yang suka menunggang kuda. Juga karena saya sering melihat gambar-gambar alat peraga kampanye pemilu yang dipasang dengan cara dipaku di pohon-pohon pinggir jalan.

Sayangnya, tak ada bebek dalam pemilu.Yang ada cuma jutaan calon pemilih yang dianggap seperti bebek dan para tim sukses yang hobi membebek. Yang muncul justru boneka Teddy yang seolah-olah tiba jatuh dari udara. Yang ada adalah 'bom-bom  ranjau' yang bertebaran di beranda rumah para capres.

Oh ya, menjelang pemilu saya juga selau ingat lakon drama "Wek Wek" karya almarhum Djaduk Djajakusumah: wekwekwekwek wekwekwekwek wekwekwekwek wekwekwekwek wekwekwekwek wekwekwekwek...

«
Next
Newer Post
»
Previous
Older Post

No comments:

Leave a Reply