» » » » » Teri Pulau Pasaran: Mereka Masih Berasa Tersedak Ikan Teri

Mas Alina Arifin/Teraslampung.com

BANDARLAMPUNG—Saat ini ada 46 orang pengolah ikan asin di Pulau Pasaran. Perinciannya:  10 pengolah berskala besar, 26 pengolah skala menengah, dan 10 pengolah skala kecil. Pengolah besar bisa memproduksi sebesar 5-6 kuintal ikan teri basah per hari, pengolah menengah sebesar 3-5 kuintal ikan basah per hari, sedangkan pengolah kecil memproduksi antara 100-200 kg ikan basah per hari.

Ada tiga jenis ikan teri yang diproduksi warga Pulau Pasaran. Yaitu teri teri nasi, teri jengki, dan teri nilon. Sebagian besar ikan teri itu dipasarkan ke Jakarta lewat seorang pedagang besar di Jakarta Utara. Soal harga, para produsen sangat bergantung pada pedagang besar tersebut.

“Kami telah percayakan sepenuhnya sama bos besar karena sudah bekerja sama sejak bertahun-tahun (2003). Si bos juga sering memberikan bantuan kepada kami jika kami sedang kesulitan dana,” kata Toto, 41, seorang pengolah ikan teri.

Menurut Toto setiap pengolah di Pulau Pasaran umumnya punya bos di Jakarta. Harga dari si bos di Jakarta menjadi patokan untuk pembelian dari bagan. Pembelian dari bagan dilakukan berdasarkan rombong (tempat yang terbuat dari anyaman bambu). Satu rombong berisi sekitar empat kilogram ikan basah. Satu rombong ikan teri basah jika dikeringkan bisa menghasilkan antara 1,6-1,8 kg ikan teri kering.

Kini harga rata-rata teri nasi basah untuk satu rombong berkisar Rp 45-50 ribu, nilon Rp 30-35 ribu dan jengki 25-30 ribu. Sedangkan ikan asin dari tangannya dijual dengan harga Rp 30.000 per kg untuk teri nasi, teri nilon Rp 23.000 per kg dan teri jengki Rp 15.000 per kg.

Toto mengaku dalam sehari bisa memproduksi sebanyak 400-500 kg teri nasi. Sementara ikan teri nilon dan teri jengki kering yang dihasilkan Toto per harinya rata-rata 300-400 kg per hari. Ketika sedang musim teri nasi, produksinya bisa mencapai 60-70% dari total produksi. Sebaliknya, saat paceklik teri nasi sulit dicari karena nelayan takut melaut yang terjadi saat datang angin dari utara.

Pembayaran dilakukan secara langsung via transfer tiap kali kirim. Saat harga turun ikan teri di pasaran turun, biasanya si bos akan memberitahukan kepada produsen sehingga produsen juga akan menurunkan harga beli ikan teri basah dari bagan. Dengan pola penjualan yang sangat bergantung kepada para bos besar di Jakarta menyebabkan terjadinya ironi. Ironi itu misalnya masih banyaknya penduduk miskin di Pulau Pasaran.

Memang selama ini banyak orang yang mengatakan  bahwa sebagai produsen ikan teri warga Pulau Pasaran pasti sejahtera. Dengan tegas saya katakan, itu tidak benar. Apa ukurannya sejahtera? Kalau kami sejahtera, maka akan banyak anak-anak di Pulau Pasaran yang berpendidikan tinggi. Kalau penduduk Pulau Pasaran sejahtera pasti banyak yang menunaikan ibadah haji. Itu ukuran sederhananya,” ujar seorang nelayan.

Usaha untuk mempersatukan para produsen ke dalam sebuah organisasi bukannya tidak pernah dilakukan. Pada 2003, misalnya, pernah dibentuk Kelompok Usaha Bersama (KUB) Mina Samudera. Anggotanya ada  25 orang. Namun, organisasi itu kemudian vakum hingga tahun 2007. Rentang tahun 2007-2008 KUB Mina Samudera dibenahi hingga akhirnya mampu menyabet juara ke II lomba UKM pengolah terbaik tingkat Provinsi Lampung tahun 2008 yang diadakan oleh Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Lampung.

Meskipun ada KUB, posisi tawar para produsen ikan teri Pulau Pasaran terhadap pembeli besar tetap lemah. Para produsen tetap berjalan sendiri-sendiri memasarkan produksinya. Masing-masing produsen tetap bergantung pada bos besar di Jakarta.

Lantaran ketergantungan itu tak mengherankan jika dalam peta “perterian” di Indonesia, Pulau Pasaran yang sebenarnya kecil itu terbebani oleh nama besar. Ya, meskipun terkenal sebagai salah satu produsen ikan teri terbesar di Indonesia, belum mendongkrak kesejahteraan warga.

Jika musim paceklik tiba atau harga kebutuhan pokok naik, para pengusaha ikan teri di Pulau Pasaran kelimpungan juga. Mungkin, rasanya lebih dari sekadar tersedak ikan teri.

«
Next
Newer Post
»
Previous
Older Post

No comments:

Leave a Reply