Bambang Satriaji/Teraslampung.com
Presiden SBY (Dok demokrat.or.id) |
JAKARTA—Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menolak penghargaan Jenderal Bear yang rencananya akan diberikan Tentara Nasional Indonesia (TNI). Dengan bahasa halus Presiden SBY mengaku mengapresiasi penghargaan itu, tetapi SBY menilai penghargaan tersebut tidak perlu.
Penolakan itu disampaikan Menteri Sekretaris Negara Sudi Silalahi di Kantor Presiden, Kamis (9/1) siang, seusai menghadiri Rapat Pimpinan (Rapim) TNI-Polri 2014.
Menurut Sudi Silalahi, Presiden SBY merasa penghargaan tersebut tidaklah perlu karena apa yang dilakukan selama ini memang sudah merupakan bagian dari tugas dan tanggung jawab sebagai Kepala Negara dan Kepala Pemerintahan.
Sebelumnya, dalam Rapat Piminan TNI-Polri, Kamis siang, Panglima TNI Moeldoko atas nama seluruh jajaran TNI menyampaikan keingannya memberikan penghargaan Jenderal Besar kepada Presiden SBY.
Moeldoko menilai SBY berjasa dalam meningkatkan kekuatan pertahanan, modernisasi alutsista, dan kebijakan-kebijakan lain demi kemajuan TNI.
"Tetapi Bapak Presiden tetap memberikan apresiasi. Apa yang dilakukan, sejumlah kebijakan-kebijakan beliau, untuk memajukan TNI itu memang benar adanya. Tetapi, sekali lagi, tidak diperlukan penghargaan seperti itu karena itu merupakan kewajiban seorang Presiden," kata Sudi.
Hingga kini ada tiga tokoh yang mendapat gelar Jenderal Besar atau Jenderal Bintang Lima. Mereka adalah Presiden ke-2 RI Soeharto, A.H. Nasution, dan Panglima Besar Sudirman. Soeharto dan Nasution mendapat bintang lima dari ABRI—kini menjadi TNI—pada 1 Oktober 1997, sementara anugerah Jenderal Bintang Lima untuk Jenderal Sudirman diberikan pada 2 Oktober 1997.
Ketika Soeharto mendapatkan penghargaan bintang lima ketika Jenderal TNI Feisal Tandjung menjabat sebagai Panglima ABRI (TNI). Indonesia sedang dalam kondisi terpuruk. Tidak lama setelah mendapatkan penghargaan tersebut, tujuh bulan kemudian (21 Mei 1998) Presiden Soeharto mengundurkan diri sebagai Presiden RI.
Saat itu banyak pihak yang mengritik pemberian bintang lima kepada Jenderal A.H. Nasution dan Jenderal Sudirman hanya sebagai kamuflase karena ‘tidak enak’ kalau hanya Soeharto yang mendapatkan penghargaan tersebut. Apalagi ketika itu Jenderal A.H. Nasional masih sehat dan menjadi saksi sekaligus pelaku sejarah perjuangan Indonesia.
No comments: