» » » » Burung



Eka Budianta



Eka Budianta
BURUNG adalah satwa yang paling banyak dijadikan lambang negara, gambar pada mata-uang, dinyanyikan sebagai lagu, ditulis sebagai cerita anak-anak, novel dan puisi, bahkan dikonsumsi sehari-hari sebagai ayam goreng, ayam bakar, ayam kremes, soto ayam, mie ayam dan sate ayam.

Pendek kata, burung adalah mahluk yang sangat berpengaruh kepada perasaan manusia. Kehadirannya menandakan datangnya pagi dan sore, bahkan menjadi isyarat akan datangnya tamu agung, pencuri, perselingkuhan, kematian, duka-cita maupun suka-cita.

Ketika Ibu mengandung saya, beliau menginginkan burung punai, yang di Jawa Timur disebut manuk jowan – Chalcophaps indica, yang dalam bahasa Inggris disebut green pigeon atau emerald dove. Kisahnya dapat dibaca dalam buku Mekar di Bumi (Arswendo Atmowiloto, ed 2006).

Burung yang indah ini kadang-kala masih dapat kita nikmati sebagai menu papan atas di restoran yang menyajikan masakan Aceh dan Minang, termasuk di Ibukota, Jakarta. Singkatnya, saya mempunyai hubungan batin dengan burung merpati zamrud ini sejak dalam kandungan sampai sekarang.

Bagaimana konservasinya dan pengembangan burung-burung lain di alam Indonesia? Negeri ini bukan hanya kaya dengan burung endemik, tetapi juga menampung burung-burung migran, baik bermacam raptor, maupun penjelajah seperti flamingo, bermacam bangau dan pelikan. Pakar konservasi elang jawa - Zaini Rahman diharapkan hadir (dari Yogyakarta) dan ikut bicara.

Majalah Burung Indonesia mencatat paling sedikit 7 dari 227 tempat pengamatan burung terbaik di negeri ini terdapat di Ibu Kota. Taman Margasatwa Ragunan (TMR) tercatat nomor 3 setelah Suaka Margasatwa Muara Angke dan Taman Medan Merdeka atau Monas. Di TMR kita tidak hanya melihat unggas liar dalam sangkar, tetapi juga banyak spesies yang terbang bebas termasuk blekok sawah – Ardeola speciosa, kuntul kecil – Egretta garzetta dan kowak malam – Niycticorax nicticorax.

Hari ini ada dua pembicara kunci yang akan menyajikan fakta-fakta, gagasan dan pesan-pesan menarik tentang burung bagi kita. Petama Ibu Ir. Endang Budi Utami, mantan direktur Taman Burung di TMII, dan kedua Bapak Arief Wiriadinata, Msc, seorang arsitek kebun binatang. Mereka berdua didukung oleh sejumlah komunitas burung, dan ahli-ahli aves. Kita akan mendengar bagaimana burung telah mendukung kehidupan yang sejahtera selama berabad-abad bagi manusia.

Tentu saja ada juga bahaya yang terselip seperti wabah flu burung dan kemungkinan munculnya burung sebagai hama perusak pertanian, anjungan tambang lepas pantai, bahkan pengganggu di pasar dan taman kota. Tetapi kita lebih banyak diuntungkan oleh burung-burung, baik secara ekonomis, kultural maupun ekologis. Pertanyaannya adalah bagaimana menjaga kelangsungan hidup burung-burung itu dan kerukunan hubungannya dengan manusia di Indonesia. ***




____________________
Eka Budianta, sastrawan, penyayang lingkungan. Tulisan ini merupakan pengantar Eka Budianta sebagai moderator pada Diskusi Sahabat Ragunan bertema “Tantangan Konservasi Burung” di Children Zoo TMR Pasar Minggu, Jakarta Selatan, 18 Mei 2014 pukul 10.00. --dipublikasi pertama kali di facebook Eka Budianta.(isb)

«
Next
Newer Post
»
Previous
Older Post

No comments:

Leave a Reply