» » » » » » 'Zero Waste Management' Si Raja Nanas

Merek nanas kaleng terkenal di berbagai belahan dunia, diproduksi di Terbanggi Besar (Foto Oyos HN


Mas Alina Arifin/teraslampung.com

Lampung Tengah--PT Great Giant Pineapple (GGP) berada satu kompleks dengan PT Great Giant Livestock (GGL) di Desa Terbanggi Besar, Lampung Tengah. Dua perusahaan itu mengintegrasikan bisnis nanas dalam kemasan kaleng dengan peternakan sapi. Dengan konsep saling melengkapi, banyak biaya yang dihemat. Itu karena ketersediaan  pupuk organik bagi kebun nanas terjamin, stok pakan untuk sapi juga terjamin karena bisa memanfaatkan olahan limbah nanas.

Berdiri pada 2004 dengan lahan seluas 32 ribu hektaredan  produksi 520 ribu ton per tahun,  PT GGP kini termasuk tiga terbesar  produsen nanas di dunia. Meskipun begitu, PT GGP lebih memilih bermain di private label. Untuk kategori produsen nanas dengan private label, GGP saat ini menjadi produsen terbesar di dunia.

Perusahaan nanas dengan 16 ribu pekerja itu tidak mengemas nanas kaleng dalam bentuk ekstrak atau jus dengan label GGP, tetapi menjualnya kepada produsen nanas kaleng di berbagai belahan dunia. Bahkan PT GGP pernah menjual produknya ke dua raksasa prudusen nanas dunia, yaitu Dole dan Del Monte.

Ketika diekspor, nanas-nanas yang sudah dikalengkan itu sudah diberi kemasan dan merek sesuai dengan permintaan konsumen. Cetak label pun dilakukan di PT GGP. Sampai ke tangan produsen, produsen pemesan  tinggal menjual.

Merambah pasar ekspor sejak 1984, produk PT GGP diekspor ke 60-an negara. Mayoritas diekspor ke Eropa, Amerika Serikat (35%), serta ke Jepang dan negara lainnya (5%). Tahun 2011 produk PT GGP mencapai 520 ribu ton, sementara pada 2012 PT GGP menargetkan produksi 540 ribu ton. Volume ekspor jus konsentrat nanas mencapai 4.000 kontainer atau 4 juta galon, sedangkan untuk jus kulit nanas pengganti gula volume ekspor mencapai 6 juta galon.

Manager Corporate Relation Departemen PT Great Giant Pineapple (GGP), M. Mahfud, mengatakan keunggulan GGP terletak pada teknologi dan ketatnya prosedur proses produksi yang dijalankan. “Selain bisa panen sepanjang tahun, kekuatan pertama kami terdapat dalam hal irigasi,” kata Mahfud.

“Kami memiliki sprinkle yang bisa mengalirkan air dari sumber air ke kebun nanas. Sebuah traktor besar kami tempatkan di tengah kebun. Traktor besar itu bisa menyemprotkan air di areal perkebunan nanas melalui pipa panjang di sisi kiri dan kanannya sehingga pada musim kemarau pun kebun nanas tetap mendapatkan air,” kata Mahfud.

Proses pembuatan pakan sapi dari limbah nanas. (Foto: Oyos Saroso H.N.)
Keunggulan kedua adalah proses produksi GGP yang terintegrasi penuh dalam satu area, mulai penanaman sampai pengiriman ke produsen. “Kami fully integrated dari menanam sampai ke tangan produsen. Dari hulu ke hilir. Jadi buahnya bisa dikontrol kualitasnya hingga sampai ke rak supermarket. Kami telah mendapatkan sertifikat ISO 9001:2000,” paparnya.

Menurut Mahfud untuk pasar nanas di luar negeri Lampung menghadapi pesaing dari Thailand dan Philipina. Namun, dengan adanya peluang perluasan lahan dan ketersediaan pupuk murah yang didapatkan dari pupuk organik, Mahfud yakin PT GGP tetap bisa bersainh di pasar dunia.

“Pasar di Eropa Timur dan Amerika Latin belum tergarap semua. Apalagi pasar jus konsentrat nanas dan koktail nanas hingga saat ini belum jenuh. Pencapaian ekspor nanas GGP ke China masih sedikit, hanya 600 kontainer setahun, padahal konsumsi nanas China cukup tinggi,” kata Mahfud.

Untuk mendorong produksi nanas, PT GGP mengganti bibit varietas unggul dari GP1 menjadi GP3. Dengan penggantian bibit diharapkan produksi nanas naik menjadi 50%.
Mahfud mengatakan perkebunan nanas PT GGP menerapkan program ramah lingkungan sejak awal berdiri.

“Kami hampir zero waste management. Limbah nanas kami oleh kembali menjadi makanan sapi. Sementara kotoran sapi diolah kembali menjadi pupuk organik untuk kebun nanas,” ujar Mahfud.

«
Next
Newer Post
»
Previous
Older Post

No comments:

Leave a Reply