» » » » Ulang Tahun, NU Diberi Kado "Jimat NU"

JAKARTA, teraslampung.com--Pengurus Besar  Jamaah NU Miring mengumumkan akan menerbitkan buku terbarunya yang berjudul “Jimat NU”. Buku yang ditulis oleh 15 orang nahdliyin muda ini merupakan buku ketiga dari Jamaah NU Miring. Sebelumnya, Jamaah NU Miring telah merilis “Dari Kiai Kampung Ke NU Miring” dan “NUhammadiyah Bicara Nasionalisme”.

Berbeda dengan buku terakhirnya, yang ditulis oleh Jamaah NU Miring dan Muhammadiyah, “Jimat NU” kali ini kembali hanya ditulis oleh Jamaah NU Miring. Di antara mereka ada beberapa nama lama dan nama baru yang terlibat dalam penulisan dua buku sebelumnya. Mereka adalah Binhad Nurrohmat,  M. Faizi, Mashuri, Soffa Ihsan, Sahlul Fuad, Riadi Ngasiran, Ade Faizal Alami, Abdullah Wong, Hodri Ariev, Saprillah, Anggi Ahmad Haryono, M. Faishal Aminuddin, Malkan Junaidi, Matdon, Nurman Hakim, dan Khudori Husnan.

Buku baru ini berisi sehimpunan tulisan tentang praktik sosial budaya sehari-hari, seperti kuburan, kisah-kisah jenaka, waria, ilmu laduni, internet, alat transportasi, pertanian, pembuatan film, dan sebagainya. Tulisan-tulisan ini bukan sembarang tulisan. Akan tetapi, di dalamnya menyiratkan cara pandang baru dalam memperkarakan realitas sosial yang sebelumnya dianggap enteng, remeh, usang, dangkal, kusam, tak menguntungkan hingga cenderung dilupakan, menjadi sesuatu yang menarik, penuh makna, kritis, menggelitik, nakal, dan barangkali provokatif.

Menurut Binhad, “jimat” NU adalah tradisi literer. Tradisi literer merupakan pusaka NU— sumber ilham, ide, dan tindakan para pengikutnya. ” Konon kata ‘jimat’ merupakan abreviasi prokem dari ungkapan Jawa siji dirumat yang berarti “satu (dan) dipelihara”. Jimat memiliki daya tersembunyi yang kuasa memendarkan tuah kekuatan. Dan denyut NU terawat sampai kini lantaran jimat NU masih berdaya menggerakkan kesadaran, lantaran tradisi tulisan masih merekahkan kepekaan atas kenyataan, memijarkan bara renungan, dan mengilhami tindakan,” ungkap pemimpin Jamaah NU Miring ini.

Puspa ragam tulisan ini merupakan produk kolektif para pribadi yang lahir dan tumbuh dari pesantren atau lingkungan bertradisi santri. Pengalaman, kesaksian, dan pemikiran mereka meresapi sekujur risalah dalam buku ini. Muatan tulisan mereka beraneka dan dengan rupa topik yang lazim, aneh, tak terduga—seperti jimat yang bentuk dan pamornya beragam.

Sementara itu, Khudori Husnan menyatakan bahwa kitab Jimat NU adalah sebuah terobosan bagus dan berani dalam peta pemikiran tanah air paling mutakhir.

“Jimat NU adalah kontribusi berharga bagi khazanah pemikiran di tengah iklim intelektual muda yang terlanjur disesaki ‘intelektual kuliner’, yang pawai bicara serupa staf pemasaran, tapi lemah dalam keberanian berpikir reflektif, segar, dan mendalam,” kata filosof jebolan STF Driyakara ini.

Buku yang diterbitkan oleh Arruz Media ini rencana akan diluncurkan pada awal bulan Februari 2014. Peluncuran ini merupakan kado ulang tahun Nahdlatul Ulama yang didirikan pada 31 Januari 1926 di Surabaya.

Sumber: nu.or.id

«
Next
Newer Post
»
Previous
Older Post

No comments:

Leave a Reply